Luar Negeri
Wartawan Iran Pemicu Demo 2017 Dihukum Mati, Walau Sempat melarikan Diri ke Paris
Seorang wartawan Iran, Selasa (30/6/2020) dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Revolusi Iran. Ruhollah Zam sempat melarikan diri ke Paris, Perancis,
SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Seorang wartawan Iran, Selasa (30/6/2020) dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Revolusi Iran.
Ruhollah Zam sempat melarikan diri ke Paris, Perancis, tetapi kembali lagi ke Iran untuk menemui keluarganya sebelum ditangkap.
Dia membantu menginspirasi protes ekonomi nasional yang dimulai pada akhir 2017.
Situs web Ruhollah Zam dan saluran yang ia ciptakan di aplikasi perpesanan populer Telegram telah menyebar saat protes.
Berisikan informasi memalukan tentang para pejabat yang secara langsung menantang teokrasi Syiah Iran.
Demonstrasi itu merupakan tantangan terbesar bagi Iran sejak Gerakan Hijau 2009.
Termasuk mengatur panggung untuk kerusuhan massa serupa pad aNovember 2019 lalu.
Dilansir AFP, Selasa (30/6/2020), rincian penangkapannya masih belum jelas.
Meskipun dia tinggal di Paris, Zam entah bagaimana kembali ke Iran.
Kemudian mendapati dirinya ditahan oleh para pejabat intelijen Iran.
Serangkaian pengakuan yang disiarkan televisi telah mengudara dalam beberapa bulan terakhir atas pekerjaannya.
• Iran Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Donald Trump, Minta Bantuan Interpol
• Aktris Cantik Iran Ini Dipenjara, Gegara Unggah Video Polisi Moral Serang Wanita Tak Pakai Hijab
• Giliran Eropa Balas AS, Warga Presiden Donald Trump Dilarang Masuk
Juru bicara pengadilan, Gholamhossein Esmaili mengumumkan hukuman mati Zam pada Selasa (30/6) .
Dia mengatakan Zam telah dihukum mati karena "korupsi di Bumi.”
Sebuah tuduhan yang sering digunakan dalam kasus-kasus yang melibatkan spionase atau upaya menggulingkan pemerintah Iran.
Tidak segera jelas kapan hukuman akan dilaksanakan.
Zam dapat mengajukan banding atas hukumannya, yang dikeluarkan oleh Pengadilan Revolusi.
Nama pembela publiknya tidak segera diketahui.
Zam telah menjalankan situs web bernama AmadNews yang memposting video dan informasi memalukan tentang pejabat Iran.
Dia menyoroti karyanya pada saluran Telegram, aplikasi pesan aman yang sangat populer di kalangan orang Iran.
Demonstrasi 2017 dipicu lonjakan harga makanan secara tiba-tiba, warga melakukan demo besar-besaran.
Banyak yang percaya lawan garis keras Presiden Iran Hassan Rouhani menghasut demonstrasi di kota konservatif Mashhad di Iran timur, Mencoba kemarahan publik pada presiden.
Tetapi ketika protes menyebar dari kota ke kota, serangan balik melawan seluruh kelas yang berkuasa.
Segera, langsung menantang Rouhani, bahkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dapat didengar dalam video online yang dibagikan oleh Zam.
Saluran Zam juga berbagi waktu dan detail organisasi untuk protes.
Telegram menutup saluran atas keluhan pemerintah Iran yang menyebarkan informasi tentang cara membuat bom molotov.
Saluran kemudian berbah dengan nama Zam, yang mengatakan melarikan diri dari Iran setelah dituduh bekerja dengan badan intelijen asing.
Dia membantah telah menghasut kekerasan saat itu.
Protes 2017 dilaporkan 5.000 orang ditahan dan 25 orang tewas.
Zam adalah putra ulama Syiah Mohammad Ali Zam, seorang reformis yang pernah menjabat posisi pemerintahan awal 1980-an.
Sang ulama menulis surat yang diterbitkan oleh media Iran pada Juli 2017.
Ali Zam mengatakan tidak akan mendukung putranya atas pelaporan dan pesan AmadNews di saluran Telegram.
Secara terpisah, juru bicara pengadilan mengatakan pengadilan banding telah menguatkan hukuman penjara sebelumnya untuk Fariba Adelkhah.
Seorang peneliti terkemuka dengan kewarganegaraan ganda Prancis-Iran.
Esmaili mengatakan mendapat dua hukuman terpisah, lima dan satu tahun penjara dengan tuduhan keamanan.
Dia mengatakan waktu yang dihabiskan di penjara akan diperhitungkan dalam hukuman.
Pejabat Iran mengungkapkan Juli 2019, bahwa Adelkhah telah ditangkap atas tuduhan spionase. Tuduhan itu kemudian dicabut tetapi tuduhan terkait keamanan tetap menentangnya.
Adelkhah dan rekan peneliti Prancisnya, Roland Marchal, ditahan di Penjara Evin Iran.
Pihak berwenang membebaskan Marchal pada Maret 2020, bahian pertukaran tahanan untuk warga Iran, Jalal Ruhollahnejad, yang telah ditahan di Prancis.
Iran, yang tidak mengakui kewarganegaraan ganda untuk warganya, memiliki rekam jejak menahan dua warga negara atau mereka yang memiliki hubungan dengan Barat.(*)