Pariwisata Indonesia
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dorong Masa Pandemi Corona Dimanfaatkan untuk Perbaiki Sektor Pariwisata
“Saat masih banyak ditutup seperti ini, saya pikir waktu yang tepat untuk kita melakukan pembenahan-pembenahan pariwisata,"
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
“Saat masih banyak ditutup seperti ini, saya pikir waktu yang tepat untuk kita melakukan pembenahan-pembenahan pariwisata, terutama pada aspek lingkungan,” ujarnya.
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, mendorong agar di masa-masa pandemi covid-19 ini dimanfaatkan untuk perbaikan aspek-aspek lingkungan di sektor pariwisata di Indonesia.
Fikri Faqih menyampaikan hal ini dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Pemulihan Pariwisata.
“Saat masih banyak ditutup seperti ini, saya pikir waktu yang tepat untuk kita melakukan pembenahan-pembenahan pariwisata, terutama pada aspek lingkungan,” ujarnya.
Fikri berpendapat, ada beberapa isu lingkungan yang perlu mendapat perhatian.
Pertama, soal "waste management." Fikri memberi contoh kondisi sampah di Bali yang sangat memprihatinkan dan telah diliput oleh salah satu media internasional.
• VIDEO - Selain Bawa Jenglot, Pembakar Mobil Via Vallen Ternyata Fans Fanatiknya
• Enam Desa di Alafan, Simeulue tanpa Jaringan Seluler, Begini Perjuangan Warga Mencari Sinyal
• Soal Gaji 13 PNS TNI Polri dan Pensiunan Kemenkeu Minta Maaf, Sebenarnya Kapan Akan Dicairkan?
Menurut penelitian yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, tercatat timbunan sampah di Provinsi Bali sebanyak 1,6 juta ton per tahun dengan rata-rata timbunan per hari 4281 ton.
Dari jumlah tersebut, 52 persen di antaranya belum tertangani dengan baik.
“Ini bisa menjadi kampanye negatif untuk Bali,” kata doktor ilmu lingkungan tersebut.
Isu kedua adalah mengenai konservasi. Fikri menyebutkan, perlu memperhatikan "carrying capacity" dan "ecological footprints" karena sumber daya kita terbatas.
Ia menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu saat memimpin kunjungan kerja ke Borobudur, Yogyakarta.
“Borobudur itu ada kapasitasnya, maksimal 128 orang dalam satu waktu secara bersamaan naik di lingkungan stupa, tetapi dinaiki oleh ribuan orang.
Ini tentu bahaya bagi kelestarian Borobudur,” ujar anggota Fraksi PKS tersebut.