Luar Negeri
AS Tolak dan Desak Hagia Sophia Tak dijadikan Masjid, Menlu Turki: Hagia Sophia Urusan Internal kami
Setiap masalah tentang Hagia Sophia adalah urusan internal kami sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki," ujar Menlu Turki, Hami Aksoy.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Mursal Ismail
Hami menjelaskan bahwa Turki selama ini melindungi semua aset budayanya, termasuk Hagia Sophia tanpa diskriminasi dalam kerangka tradisi toleransi dari budaya dan sejarah.
Ia memahami bahwa setiap orang secara alami bebas mengekspresikan pendapatnya sendiri.
Namun bukan berarti siapa pun boleh berbicara mengenai kedaulatan Turki.
“Secara alami setiap orang bebas mengekspresikan pendapatnya sendiri. Namun, bukan bagi siapa pun untuk berbicara tentang hak kedaulatan kami dalam gaya 'kami mendesak, kami menuntut’,” tambah Hami.
Hagia Sophia, bangunan dengan arsitektur menakjubkan ini pertama sekali dibangun sebagai sebuah gereja pada abad keenam di bawah Kekaisaran Bizantium yang merupakan pusat dari Konstantinopel.
Setelah penaklukan oleh Kekaisaran Ottoman, bangunan ini kemudian diubah menjadi masjid.
• Cegah Corona, Presiden Erdogan Siapkan Paket Ekonomi Rp 250 Triliun
Pasca pemerintahan Ottoman, Hagia Sofia dirubah menjadi museum di bawah pemerintahan pendiri sekularisasi modern, Mustafa Kemal Ataturk pada 1930-an.
Kemudian, di tahun lalu Erdogan mulai berpikir untuk mengubah Museum Hagia Sophia menjadi masjid kembali.
Erdogan mengeluarkan sebuah pernyataan yang telah menarik perhatian luas orang-orang Yunani, yang Gereja Ortodoksnya mempertahankan patriarkat ekumenis di Istanbul.
Dikutip dari CNA, pada bulan Mei, ulama Muslim membacakan doa di museum untuk merayakan ulang tahun setelah pembacaan Alquran pertama dalam 85 tahun terakhir di dalam bangunan Hagia Sophia pada tahun 2015.
Pada tahun 2016, saluran agama negara menyiarkan pembacaan Alquran oleh ulama senior Turki yang berbeda di dalam museum pada setiap hari di bulan suci Ramadhan.
Yunani dengan cermat mengikuti masa depan warisan Bizantium di Turki dan peka terhadap masalah ini karena ia memandang dirinya sebagai suksesi modern bagi Byzantium Kristen Ortodoks.
Menteri Kebudayaan Yunani, Lina Mendoni pada pekan lalu sempat mengirim surat protes ke UNESCO.
Dalam suratnya ia mengatakan langkah yang dilakukan berkaitan dengan Hagia Sophia menghidupkan kembali fanatisme nasional dan agama, serta disebut merupakan upaya untuk mengurangi pancaran global monument.
Dia juga menuduh pemerintah Turki telah menggunakan monumen besar itu untuk melayani kepentingan politik internal, dengan alasan bahwa hanya UNESCO yang memiliki wewenang untuk mengubah status Hagia Sophia.