Berita Luar Negeri
Kasus Baru Wabah Pes Muncul di Mongolia, China Naikkan Level Siaga 3 Hingga Akhir Tahun
Satu kasus penyakit pes tercatat di Kota Bayannur dimana pasiennya adalah seorang gembala. Saat ini, pasien tersebut dalam masa karantina dan kondisi
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Muhammad Hadi
Marmut diyakini telah menyebabkan epidemi wabah pneumonia pada tahun 1911 yang menewaskan sekitar 63.000 orang di timur laut China.
Kasus-kasus wabah pes terus dilaporkan selama beberapa waktu ini.
Baru minggu lalu, dua kasus wabah pes dikonfirmasi di Mongolia, yakni dua saudara yang sama-sama memakan daging marmut.
Pada bulan Mei lalu, sepasang suami istri di Mongolia meninggal karena wabah pes setelah memakan ginjal mentah marmut yang dianggap sebagai obat tradisional yang baik untuk kesehatan.
• Kelamin Pria Ini Tegang Selama Berjam-jam, Disebut Gejala Baru Virus Corona, Darah di Penis Disedot
Penyakit pes disebabkan oleh bakteri dan ditularkan melalui gigitan kutu dan hewan yang terinfeksi.
Penyakit ini adalah salah satu infeksi bakteri paling mematikan dalam sejarah manusia.
Wabah pes ini juga sudah menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa selama masa Black Death atau kematian hitam di Abad Pertengahan.
Wabah pes merupakan salah satu dari tiga wabah, menyebabkan kelenjar getah bening membengkak disertai dengan demam, kedinginan, dan batuk.
Dikutip dari CNN, pada pertengahan abad di Eropa telah muncul antibiotik yang dapat mengobati sebagian besar infeksi jika ditangani lebih cepat.
Pengobatan modern saat ini dapat mengobati, tapi belum mampu menghilangkan wabah pes seluruhnya.
• Palestina Perpanjang Lockdown Tepi Barat, Israel Darurat Virus Corona
Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkategorikan wabah ini sebagai penyakit yang muncul kembali.
Menurut WHO, di mana saja dari 1.000 hingga 2.000 orang mendapatkan wabah tersebut di setiap tahunnya.
Tetapi jumlah ini merupakan perkiraan sederhana, tanpa memperhitungkan kasus yang tidak dilaporkan.
Tiga negara paling endemik dimana wabah pes secara permanen terus bertahan di dalamnya adalah Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.
Saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk melawan wabah.