Berita Abdya
Satreskrim Abdya Sudah Terima Lima Laporan Korban Penipuan oleh Oknum Karyawati Bank di Blangpidie
Menurut Kasat Reskrim latar belakang pekerjaan korban dari lima laporan yang mereka terima itu berbeda-beda, namun yang menjadi terlapor hanya Vina
Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Mursal Ismail
Menurut Kasat Reskrim latar belakang pekerjaan korban dari lima laporan yang mereka terima itu berbeda-beda, namun yang menjadi terlapor hanya Vina, wanita kelahiran Air Berudang, Aceh Selatan.
Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Aceh Barat Daya (Abdya) mengaku hingga, Senin (6/7/2020) pagi, telah menerima lima laporan korban penipuan oleh RS alias Vina (26).
Vina adalah oknum karyawati salah satu Bank BUMN di Blangpidie.
Kapolres Abdya, AKBP Muhammmad Nasution SIK melalui Kasat Reskrim Polres Abdya, AKP Erjan Dasmi STP, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Senin (6/7/2020).
Menurut Kasat Reskrim latar belakang pekerjaan korban dari lima laporan yang mereka terima itu berbeda-beda, namun yang menjadi terlapor hanya Vina, wanita kelahiran Air Berudang, Aceh Selatan.
"Korban yang melapor ada dari kalangan pengusaha, kalangan dewan dan pedagang.
Kalau pejabat, sampai saat ini belum kita terima laporan," kata Kasat Reskrim Polres Abdya, AKP Erjan Dasmi.
• Atasi Kelangkaan Pupuk Pada MT Gadu, Ini yang Dilakukan Distannak Pijay
• Pemerintah Aceh Pulangkan Jenazah Warga Beureunuen yang Meninggal di Jakarta
• Setelah Seminggu Dirawat di RS, Wanita Rohingya Dikembalikan ke Lokasi Penampungan
AKP Erjan belum bisa menyebutkan total kerugian kelima korban tersebut.
Namun, menurutnya jumlah kerugian itu bervariasi mulai Rp 75 juta, Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per orang.
"Ini kan masih pemeriksaan awal, kita belum bisa simpulkan (total kerugian), sebelum ada hasil pemeriksaan lebih lanjut," sebutnya.
Dari pemeriksaan awal, kata Erjan, wanita yang dikenal dengan gaya hidup glamor dan serba mewah itu mengaku, memakai uang para korban, guna menutupi utang atau bonus yang sudah dijanjikan kepada korban yang sudah dijanjikan sebelumnya.
"Modusnya, gali lubang tutup lobang. Mengambil uang di sini dengan mengiming-ngimingin bonus, untuk menutupi di sana.
Ambil di sana menutupi lubang di sini yang sudah diimingi hadiah dan sebagainya, dia harus ngasih," terangnya.
Oleh karena itu, wanita kelahiran 14 September 1993 itu, harus mencari target lain, untuk melunasi dan menepati hadiah yang sudah dijanjikan oleh pelaku terhadap korban.
"Makanya dia banyak utang ke orang, dan dipergunakan untuk pembayaran bonus-bonus yang dijanjikan," pungkasnya seraya menyebutkan pihaknya akan melakukan konferensi pers dalam waktu dekat.
Sebelumnya diberitakan, seorang karyawan salah satu Bank milik BUMN di Abdya dikabarkan, membawa 'kabur' uang nasabah.
Tak tanggung-tanggung, sang karyawati Bank plat merah dengan inisial RS alias Vina itu, kabarnya berhasil membawa kabur uang nasabah mencapai Rp 6 miliar lebih.
Modus yang dilakukan RS, bermacam-macam. Ada yang menawarkan bunga besar, hingga memberikan hadiah langsung kepada calon nasabah yang ingin menambung dan melakukan depisoto di Bank tersebut.
Kabarnya, target calon nasabah yang diincar oleh wanita tinggi semampai ini, adalah bapak-bapak, dan para pengusaha, dan pedagang kelas kakap.
Tak Disetor
Sementara itu, seorang keluarga nasabah, Nurul mengaku menjadi salah seorang korban dari beberapa nasabah yang ditipu oleh RS.
Ia mengaku, kasus menimpa keluarganya berbeda dengan nasabah lain. Kalau nasabah lain, diiming-iming diberikan hadiah, namun dirinya uang dibawa kabur, pasca peralihan Bank konvesional ke Bank Syariah.
"Iya, mereka kan ada fasilitas layanan khusus PU atau pick up. Layanan pick up ini, kita tidak perlu ke Bank lagi, mereka yang ambil uang ke rumah," ujar Nurul.
Uang setoran sebesar Rp 100 juta itu, tambahnya, diserahkan pada RS pada 8 Juni 2020, sekira Pukul 9.00 WIB.
Sayangnya, lanjutnya, hingga 15 Juni 2020 atau seminggu diserahkan uang, buku rekening dan setoran, tak kunjung diberikan, sehingga dirinya pun berinisiatif mendatangi CS tempat RS bekerja.
"Saat saya cek, saldo masih seperti sebelumnya, tak ada penambahan. Sehingga malamnya saya hubungi beliau, anehnya dia mengaku uang sudah disetor, padahal jelas-jelas, CS mengatakan uang belum masuk," ungkapnya.
Merasa aneh, Nurul melaporkan kasus itu ke pimpinan cabang tempat RS bekerja, mengingat pengakuan RS berbeda, dengan print rekening koran yang diminta kepada CS.
"Setelah saya bilang sudah saya chek dan tidak kamu setor, si vina malah salahin teller, dan mengaku uang itu, tidak disetor teller, dan uang itu masih di dalam laci miliknya," katanya.
Tak sampai disitu, Nurul terus berupaya menempuh jalur kekeluargaan dan meminta uang Rp 100 juta itu dikembalikan dan tidak perlu disetor ke rekening milik ayahnya.
"Saya sempat nangis, dan meminta dikembalikkan saja uang saya secara kas. Bahkan, saat ditelpon, dia mencoba menyakinkan saya, seolah-olah uang itu sedang dilakukan pengiriman," ujarnya.
Namun, kata Nurul, hingga keesokan harinya, pada tanggal 16 Juni, uang yang dijanjikan tersebut tak kunjung dikirim oleh karyawati yang dikenal sebutan Sultan tersebut. (*)