Luar Negeri
WHO Nilai Wabah Pes atau Bubonic Plague di China Tidak Berisiko Tinggi Penyebaran
"Saat ini kami tidak menganggap wabah itu berisiko tinggi tetapi kami terus mengamatinya, memantau dengan cermat," kata WHO
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Wabah pes ini juga sudah menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa selama masa Black Death atau kematian hitam di Abad Pertengahan.
Wabah pes merupakan salah satu dari tiga wabah, menyebabkan kelenjar getah bening membengkak disertai dengan demam, kedinginan, dan batuk.
Dikutip dari CNN, pada pertengahan abad di Eropa telah muncul antibiotik yang dapat mengobati sebagian besar infeksi jika ditangani lebih cepat.
• Virus Jenis Baru Bunny Ebola Telah Menyebar di Seluruh Amerika, Serang Ribuan Kelinci Hingga Mati
• Dokter Amerika Serikat Sebut Virus Corona Mimpi Buruk di Planet Ini Selain Ebola dan HIV
Pengobatan modern saat ini dapat mengobati, tapi belum mampu menghilangkan wabah pes seluruhnya.
Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkategorikan wabah ini sebagai penyakit yang muncul kembali.
Menurut WHO, di mana saja dari 1.000 hingga 2.000 orang mendapatkan wabah tersebut di setiap tahunnya.
Tetapi jumlah ini merupakan perkiraan sederhana, tanpa memperhitungkan kasus yang tidak dilaporkan.
Tiga negara paling endemik dimana wabah pes secara permanen terus bertahan di dalamnya adalah Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.
• Angka Kematian Virus Corona Arab Saudi Tembus 2.017 Orang, Saudi Seleksi 1.000 Jamaah Haji 2020
Saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk melawan wabah.
Namun jika infeksi penyakit ini cepat ditangani, antibiotik modern dapat mencegah komplikasi dan kematian.
Wabah pes yang tidak diobati dapat berubah menjadi wabah pneumonia yang dapat berkembang pesat, setelah bakteri menyebar ke paru-paru. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)