Berita Aceh Barat

Janda Mila Teteskan Air Mata Saat Ceritakan Nasibnya yang Hidup Sebatang Kara di Tengah Banjir Rob

Salah satunya seperti yang dialami Mila, seorang janda asal Gampong Belakang, Kecamatan Johan Pahlawan yang rumahnya ikut diterjang gelombang pasang.

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Saifullah
Serambi Indonesia
Mila (55), janda asal Gampong Belakang, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat tampak sedih saat menceritakan kisah hidupnya yang harus tinggal sebatang kara di saat sedang terjadi banjir rob, Minggu (12/7/2020). 

Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH - Musibah banjir rob akibat hempasan gelompang purnama yang melanda lima desa di pesisir pantai kawasan Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat menyisakan cerita duka bagi ratusan warga.

Salah satunya seperti yang dialami Mila, seorang janda asal Desa Gampong Belakang, Kecamatan Johan Pahlawan yang rumahnya ikut diterjang gelombang pasang.

Saat disambangi Serambinews.com, Minggu (12/7/2020), wajah wanita paruh baya itu terlihat sendu. Ia hanya bisa nanar menatap rumahnya yang terendam air dan timbunan pasir.

Rumah tempat dia berteduh turut terdampak banjir rob akibat gelombang pasang purnama yang melanda pesisir pantai kawasan Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, sejak Sabtu (11/7/2020).

Pasalnya, Gampong Belakang merupakan salah satu dari lima desa di Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat yang terdampak terjangan banjir rob.

Korban Dampak Banjir Rob di Nagan Raya Capai 20 Kepala Keluarga

Batal Senin Besok, Aceh Barat Putuskan Belajar Tatap Muka Diundur Seminggu ke 20 Juli, Ini Alasannya

Banjir Rob Akibat Pasang Purnama Berlanjut di Meulaboh Aceh Barat

Kepada Serambinews.com, Mila mengungkapkan kesedihannya di tengah bencana banjir rob yang sedang dirasakan saat ini. Ia menceritakan, dirinya baru beberapa bulan ditinggal sang suami yang meninggal karena sakit.

Ironinya, di saat sedang hidup sebatang kara seperti sekarang ini, Mila harus memikirkan nasib dirinya sendiri lantaran sedang dilanda musibah banjir rob yang telah merendam rumah tempat ia berteduh.

Dalam kekalutan kan kesedihan karena harus menghadapi bencana seorang diri, Mila hanya bisa berharap pemerintah dapat merelokasi dirinya dan warga terdampak banjir rob lainnya itu ke tempat lain.

Ia beralasan, daerah tersebut dirasakan sudah tidak aman lagi untuk ditinggali lantaran rumah-rumah penduduk sudah sangat dekat dengan bibir pantai.

“Kami kini sudah tidak nyaman lagi bermukim di sini. Setiap ada gelombang besar di laut, kami trauma,” ucap janda paruh baya ini dengan suara lirih.

BMKG: Gelombang Laut di Barat Selatan 4 Meter, Banjir Rob Landa Pesisir Aceh Barat

Brimob Nagan Raya Bantu Evakuasi Warga Banjir Rob di Aceh Barat

Dewan Minta, Manajemen RSUD Cut Nyak Dhien Dibenahi, Terkait Hasil Pansus DPRK Aceh Barat    

Gelombang pasang purnama yang menyebabkan banjir rob membuat hasrat Mila untuk pindah ke lokasi lain semakin menguat. Alasannya ya itu tadi, ia merasa semakin was-was tinggal di rumahnya yang berada di bibir pantai.

“Kami sudah tidak aman lagi tinggal di pesisir pantai, pasang purnama membuat kami semakin susah,” ungkap Mila, seorang janda asal Gampong Belakang yang rumahnya berada dekat pantai dekat dengan perbatasan Gampong Pasir.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved