Luar Negeri
Remaja Usia 15 Tahun Meninggal dalam Perjalanan ke Rumah Sakit, Positif Wabah Pes
Kementerian Kesehatan Mongolia pada Selasa (14/7/2020) mengatakan bocah lelaki usia 15 tahun ini positif terinfeksi wabah pes.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Kementerian Kesehatan Mongolia pada Selasa (14/7/2020) mengatakan bocah lelaki usia 15 tahun ini positif terinfeksi wabah pes.
SERAMBINEWS.COM – Sebuah dugaan kasus wabah pes dilaporkan terjadi di provinsi Govi-Altai di Mongolia pada minggu lalu.
Kementerian Kesehatan Mongolia pada Selasa (14/7/2020) mengatakan bocah lelaki usia 15 tahun ini positif terinfeksi wabah pes.
"Hasil tes polymerase chain reaction (PCR) mengungkapkan pada Senin (13/7/2020) malam bahwa wabah pes menyebabkan kematian seorang bocah lelaki berusia 15 tahun," kata Dorj Narangerel dikutip dari Xinhua News.
Dorj Narangerel merupakan kepala departemen hubungan masyarakat dan pengawasan di Kementerian Kesehatan Mongolia.
Bocah lelaki itu pada hari Minggu (12/7/2020) meninggal dunia di Distrik Tugrug Provinsi Govi-Altai ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.
• WHO Nilai Wabah Pes atau Bubonic Plague di China Tidak Berisiko Tinggi Penyebaran
• Kasus Baru Wabah Pes Muncul di Mongolia, China Naikkan Level Siaga 3 Hingga Akhir Tahun
Menurut kementerian kesehatan, bocah itu telah makan daging marmut bersama dua temannya, tiga hari sebelum kematiannya.
Saat ini, dua temannya dan 15 orang lainnya yang pernah melakukan kontak dengan mereka telah diisolasi dan dirawat di rumah sakit setempat.
Narangerel memperingatkan kepada seluruh penduduk untuk tidak memakan daging marmut.
Wabah pes adalah penyakit yang disebarkan oleh marmut.
Wabah ini dapat membunuh orang dewasa dalam waktu kurang dari 24 jam jika tidak dirawat tepat waktu, kata WHO.
Marmut merupakan sejenis tupai tanah besar yang dimakan di Mongolia dan tetangganya, China.
• Lagi Tren di Pasaran, Jamur Enoki Justru Jadi Penyebab Wabah Listeria, Sudah Tewaskan 4 Orang
• Apa Itu Wabah Listeria? Ini Gejala dan Cara Pencegahannya
Secara historis, hewan ini telah menyebabkan munculnya wabah di wilayah tersebut.
Marmut diyakini telah menyebabkan epidemi wabah pneumonia pada tahun 1911 yang menewaskan sekitar 63.000 orang di timur laut China.
Kasus-kasus wabah pes terus dilaporkan selama beberapa waktu ini.
Penyakit yang disebabkan oleh wabah pes adalah salah satu infeksi bakteri paling mematikan dalam sejarah manusia.
Wabah pes ini juga sudah menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa selama masa Black Death atau kematian hitam di Abad Pertengahan.
Wabah pes merupakan salah satu dari tiga wabah, menyebabkan kelenjar getah bening membengkak disertai dengan demam, kedinginan, dan batuk.
• WASPADA! WHO Peringatkan Wabah Covid-19 Meningkat dengan Cepat, Kini di Fase Baru & Berbahaya
• Wabah Covid-19 di Dunia Kembali Meningkat Cepat, WHO: Ini Fase Baru dan Berbahaya
Dikutip dari CNN, pada pertengahan abad, di Eropa telah muncul antibiotik yang dapat mengobati sebagian besar infeksi jika ditangani lebih cepat.
Pengobatan modern saat ini dapat mengobati, tapi belum mampu menghilangkan wabah pes seluruhnya.
Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkategorikan wabah ini sebagai penyakit yang muncul kembali.
Menurut WHO, di mana saja dari 1.000 hingga 2.000 orang mendapatkan wabah tersebut di setiap tahunnya.
Tetapi jumlah ini merupakan perkiraan sederhana, tanpa memperhitungkan kasus yang tidak dilaporkan.
Tiga negara paling endemik dimana wabah pes secara permanen terus bertahan di dalamnya adalah Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.
• Covid-19 Belum Usai, Wabah Virus Ebola Muncul Lagi, Menkes Kongo Laporkan 4 Kematian dan Infeksi
Saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk melawan wabah.
Namun jika infeksi penyakit ini cepat ditangani, antibiotik modern dapat mencegah komplikasi dan kematian.
Wabah pes yang tidak diobati dapat berubah menjadi wabah pneumonia yang dapat berkembang pesat, setelah bakteri menyebar ke paru-paru. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)