Wawancara Eksklusif
‘Saya Ingin Peluk Abah Erat-erat’
Kisah pertemuan gadis Aceh, Nurul Happy Zandraa, dengan ayahnya di Malaysia, Rahim Said, mendadak viral beberapa hari ini
Kisah pertemuan gadis Aceh, Nurul Happy Zandraa, dengan ayahnya di Malaysia, Rahim Said, mendadak viral beberapa hari ini. Nurul tak pernah bertemu ayahnya sejak lahir dan kemudian terpisahkan akibat bencana gempa dan tsunami 16 tahun lalu.
Kini ia dipertemukan lagi dengan ayahnya setelah dua tahun melakukan pencarian. Meski sebelumnya sempat menduga ayahnya telah tiada, Nurul tetap berusaha mencari, paling tidak bisa mengetahui dimana kuburan ayahnya.
Bagaimana kisah pencarian itu dan bagaimana kesan pertamanya saat bertemu virtual dengan sang ayah? Berikut wawancara eksklusif wartawan Serambi Indonesia, Saiful Bahri dan Zaki Mubarak yang menemui Nurul di sebuah kafe di Lhokseumawe, Senin (13/7/2020) siang. Beberapa kali Nurul terlihat menitikkan air mata.
Bagaimana kisah sebenarnya sampai kamu bisa terpisah lama dengan ayah (Abah) kamu?
Awalnya ibu saya atas nama Suryati sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Malaysia, dan menikah dengan Abah atas nama Rahim yang tinggal di kawasan Kulim Kedah Malaysia.
Lalu kenapa sampai ibu Nurul kembali ke Aceh?
Pada tahun 2000, saat ibu hamil empat bulan mengandung saya, ibu pulang ke Lhokseumawe karena ada acara pesta keluarga. Namun dikarenakan saat itu kontrak kerja ibu di Malaysia sudah habis, maka ibu tetap tinggal di Lhokseumawe, yakni di Desa Meunasah Masjid, Kecamatan Muara Dua.
Berarti saat ibu kamu pulang dari Malaysia, kamunya belum lahir?
"Iya benar. Saya baru lahir pada Januari 2001. Namun sejak lahir, saya tidak pernah bertemu langsung dengan Abah. Namun sesuai cerita ibu, komunikasi Abah dengan ibu saat itu tetap lancar walaupun melalui surat.
Jadi kenapa sampai hilang kontak antara ibu dan abah kamu?
Awalnya karena tsunami Aceh. Saat tsunami terjadi pada 26 Desember 2004, Abah pikir kami sudah meninggal. Karena saat mau dikirim surat, pihak jasa pengirim di Malaysia menolak karena tidak tahu lagi alamatnya. Karena informasi di sana (Malaysia), Aceh habis terkena tsunami.
Sedangkan ibu juga sempat mengira Abah sudah meninggal, karena tidak datang surat lagi. Serta saat ditanya sama temannya ibu, katanya Abah sudah meninggal.
Jadi kenapa sampai kamu tetap berupaya mencari abah, kalau informasi awal abah sudah meninggal?
Saat masih kecil, saya yang merasa anak yatim tetap bersekolah dan bermain seperti anak lainnya. Sedangkan ibu keseharian bekerja di pabrik tempe. Baru pada umur 17 atau sekitar dua tahun lalu, saya berupaya mencari informasi tentang sosok ayah. Bila meninggal bisa mengetahui kuburannya, serta bisa mengetahui keluarga Abah di Malaysia.
Jadi bagaimana cara kamu mencari informasi tentang abah?