AS-India Latihan Perang Dekat Aceh, Bertujuan Menekan Cina

Amerika Serikat (AS) dan India menggelar latihan gabungan bersama di sekitar wilayah Kepulauan Andaman dan Nicobar, yang berjarak

Editor: bakri
FOTO US NAVY
Nimitz Carrier Strike Group yang terdiri atas kapal induk USS Nimitz (CVN 68), kapal penjelajah rudal berpemandu kelas Ticonderoga, USS Princeton (CG 59), kapal perusak peluru kendali kelas Arleigh Burke USS Sterett (DDG 104 ), dan USS Ralph Johnson (DDG 114), bersama kapal Angkatan Laut India Rana, Sahyardi, Shivalik, dan Kamorta uap, berada di Samudra Hindia, Senin (20/7/2020). 

NEW DELHI - Amerika Serikat (AS) dan India menggelar latihan gabungan bersama di sekitar wilayah Kepulauan Andaman dan Nicobar, yang berjarak sekitar 150 kilometer dari Aceh. Manuver ini terjadi ketika dua negara itu bersitegang dengan Cina.

Dalam latihan perang ini, AS mengerahkan kapal induk USS Nimitz, kapal perang terbesar yang dimiliki negeri adikuasa tersebut.

Seperti dikutip CNN dari Hindustan Times, USS Nimitz berlayar ke Wilayah Samudra Hindia (IOR) melewati Selat Malaka, di mana Armada Timur Angkatan Laut India tengah melakukan latihan militer di dekat Kepulauan Andaman dan Nicobar.

"Nimitz Carrier Strike Group transit melalui IOR (Samudra Hindia ). Selama perjalanan, unit #IndianNavy melakukan Passage Exercise (PASSEX) dengan #USNavy," tulis Juru Bicara Angkatan Laut India lewat Twitter, Senin (20/7/2020).

Adanya latihan gabungan bersama di Samudera Hindia ini juga diungkapkan Angkatan Laut Amerika di situs US Navy, Selasa (21/7/2020). Disebutkan bahwa USS Nimitz (CVN 68) bersama rombongan militer Amerika (Nimitz Carier Strike Group) telah tiba di Samudera Hindia untuk memulai latihan perang bersama militer India.

Rombongan militer Amerika itu terdiri dari kapal penjelajah rudal berpemandu kelas Ticonderoga, USS Princeton (CG 59) dan kapal perusak peluru kendali kelas Arleigh Burke USS Sterett (DDG 104), serta USS Ralph Johnson (DDG 114).

"Merupakan hak istimewa untuk beroperasi dengan Angkatan Laut India," kata Kamdan Nimitz Carriee Strike Group, Laksamana Muda Jim Kirk.

US Navy menyatakan, pasukan angkatan laut Amerika dan India melakukan latihan kelas atas yang dirancang untuk memaksimalkan pelatihan dan interoperabilitas, termasuk pertahanan udara. US Navy mengklaim Operasi Nimitz CSG dirancang untuk memberikan keamanan di seluruh wilayah sambil membangun kemitraan dengan teman dan sekutu.

"Keterlibatan angkatan laut seperti latihan-latihan ini meningkatkan kerja sama AS dan pasukan maritim India dan berkontribusi pada kemampuan kedua belah pihak untuk menghadapi ancaman di laut, dari pembajakan hingga ekstremisme yang keras," tulis US Navy.

Angkatan Laut India sebelumnya juga telah melakukan latihan serupa dengan Angkatan Laut Jepang dan Prancis. India seperti diketahui, saat ini terlibat konfrontasi dengan Cina di perbatasan Himalaya. Tentara Cina dan India sempat terlibat bentrokan pada 15 Juni lalu di lembah Galwan di Ladakh. Dalam bentrokan tersebut, India mengatakan 20 pasukannya tewas, sementara Cina tidak mengungkap adanya korban jiwa.

India dan Cina dikabarkan terus saling mengerahkan sejumlah pesawat nirawak atau drone untuk bersiaga di Lembah Galwan, perbatasan di dekat Himalaya yang menjadi sengketa kedua negara. Pengerahan drone-drone ini dilakukan meski kedua negara tengah berdialog menyelesaikan sengketa.

Menekan Cina

Latihan perang Amerika dan India ini sebenarnya bukan kegiatan biasa, sebab jauh-jauh hari kegiatan ini sudah terprediksi akan dilangsungkan kedua pihak. Tujuan utamanya sebenarnya adalah sebagai propaganda, psywar dan tekanan keras Amerika untuk menekan Cina.

Andaman dan Nikobar diketahui merupakan pintu gerbang masuk menuju ke Jalur Sutera, Selat Malaka. Perairan ekonomi terpadat dunia yang selama ini menjadi jalur utama kapal-kapal dagang dan tanker minyak impor Cina dari Teluk dan Mediterania.

Nah, kehadiran militer Amerika di gerbang masuk Selat Malaka ini tentu saja membuat posisi Cina semakin terkepung. Karena Amerika dan sekutunya juga telah menguasai Indo-Pasifik dengan menggelar latihan perang bersama. 

Laut Cina Selatan

Latihan gabungan ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan. Baru-baru ini, India berbicara tentang perlunya Laut Cina Selatan agar dapat diakses oleh semua negara, karena jalur air strategis adalah bagian dari kepemilikan bersama global.

“Laut China Selatan adalah milik bersama dan India memiliki keterikatan abadi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. Kami dengan tegas mendukung kebebasan navigasi dan penerbangan serta perdagangan tanpa hambatan di perairan internasional ini. Hal itu sesuai dengan hukum internasional," tegas Juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Anurag Srivastava pekan lalu.

AS juga telah memperkuat sikapnya di Laut Cina Selatan. Menteri Luar Negeri As, Mike Pompeo menyatakan Presiden Donald Trump akan mendukung negara-negara yang klaim maritimnya di Laut Cina Selatan dilanggar oleh Beijing. AS menuduh Cina sedang berusaha membangun kerajaan maritim di jalur perairan yang berpotensi kaya energi. Bahkan, tidak mengindahkan kekhawatiran yang diajukan oleh negara-negara kecil di kawasan itu.

Terpisah, Militer Cina atau Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menyatakan telah menggelar latihan serangan maritim di Laut Cina Selatan dan mengerahkan sejumlah pesawat perang ke salah satu pulau di perairan itu.

Sebuah brigade di bawah pasukan komando angkatan laut PLA yang berbasis di Provinsi Hainan menggelar latihan perang maritim menggunakan jet pengebom JH-7 pada Rabu dan Kamis pekan lalu. Latihan itu dilaporkan oleh Radio Nasional China (CNR) pada Minggu (19/7/2020).

Surat kabar pemerintah Cina, Global Times, pada Senin (20/7) melaporkan latihan perang tersebut dilakukan ketika ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat kian memanas.

Sejumlah pihak menuturkan provokasi AS yang terjadi terus-menerus di Laut Cina Selatan dapat mendorong militer Cina terus meningkatkan kehadirannya dengan mengerahkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan menggelar latihan perang di perairan bersengketa itu.

Mengutip gambar satelit komersial, Forbes pada pekan lalu melaporkan bahwa Cina telah menempatkan sejumlah jet tempur di Pulau Woody atau Pulau Yongxing, Kepulauan Paracel, Laut Cina Selatan, yang disengketakan.

Dilansir Radio Free Asia, sejumlah pengamat mengatakan pengerahan pesawat ini yang terbanyak yang pernah dilakukan Cina ke wilayah Laut Cina Selatan. Sejumlah pihak menganggap kehadiran delapan jet tempur ini menunjukkan peningkatan militerisasi pemerintahan Presiden Xi Jinping terhadap fitur-fitur yang diklaim sepihak oleh Cina.

Pengerahan delapan jet tempur ini juga tampak dilakukan Cina menyusul dua kapal induk AS yang kembali menggelar latihan perang di Laut China Selatan baru-baru ini. Ini merupakan kali kedua dalam bulan Juli kapal Angkatan Laut AS dikerahkan ke perairan yang disengketakan itu.

Global Times menyalahkan provokasi AS selama ini yang meningkatkan militerisasi di Laut Cina Selatan. Meski bukan pihak yang memiliki klaim wilayah di Laut Cina Selatan, AS kerap terlibat ketegangan dengan Cina di perairan tersebut.

Sejak Juli lalu, media itu menyebutkan bahwa AS telah mengirim dua kapal induknya ke Laut Cina Selatan untuk menggelar latihan. Pada 14 Juli lalu, Beijing juga menganggap sebuah kapal perang AS telah menerobos wilayah dengan berlayar ke perairan Kepulauan Nansha pada 14 Juli lalu.

Dalam beberapa waktu terakhir, Global Times juga mencatat AS kerap mengerahkan sejumlah pesawat pengintai untuk melakukan operasi mata-mata di selatan pantai Cina.

"Insiden-insiden tersebut sekali lagi membuktikan bahwa AS dalang peningkatan militerisasi di Laut China Selatan dan Tiongkok terpaksa mengambil tindak balasan untuk menjaga kedaulatan serta integritas nasional atas teritorialnya," ujar seorang pakal militer Cina yang tak ingin disebutkan identitasnya. (CNN/vvn/yos)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved