Luar Negeri

Dokter Lebanon Kewalahan Hadapi Pasien Ledakan Gudang Penyimpanan Bahan Kimia, Bekerja Dalam Gelap

Seluruh dokter dan perawat di Lebanon dipanggil, termasuk yang libur atau cuti untuk membantu korban ledakan. Para korban terluka terus mengalir

Editor: M Nur Pakar
AFP/IBRAHIM AMRO
Seorang wanita yang berlumuran darah terkena pecahan batu menerima perawatan dari seorang dokter di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). 

Secara total, pusat medis itu menerima 55 kasus besar yang dirawat pada Rabu malam.

Orang-orang dengan luka yang tidak terlalu serius dikirim ke rumah sakit yang lebih kecil di sekitar atau tempat lain.

Ledakan tersebut menyebabkan beberapa rumah sakit di Beirut terputus jaringan listrik dan tidak dapat mengaktifkan dan menjalankan generator yang rusak.

Dr. Samir Challita, yang berbasis di Byblos, mengatakan pasien mulai berdatangan dari Beirut, 30 km jauhnya, ketika rumah sakitnya mulai kehabisan kapasitas.

Lebanon belum ditinggalkan pada saat dibutuhkan.

Pesawat-pesawat yang membawa bantuan dari negara-negara GCC mulai tiba di Bandara Rafic Hariri.

Uni Eropa mengatakan akan mengirim sekitar 100 petugas pemadam kebakaran dan dukungan pencarian dan penyelamatan lainnya.

Presiden Donald Trump mengatakan AS siap membantu Lebanon,.

Israel, yang secara teknis masih berperang dengan Lebanon, mengatakan akan mendukung tetangganya dengan bantuan kemanusiaan dan medis.

Namun, banyak orang Lebanon mengatakan politisi dan birokrat yang bertanggung jawab atas bencana tersebut harus menghadapi perhitungan.

"Skala kehancurannya belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan oleh sejarah ledakan yang menyedihkan di Beirut," kata Nasser Saidi, mantan Menteri Ekonomi dan Perdagangan.

Diajuga pendiri Nasser Saidi & Associates.

"Dalam skala global, ini adalah ledakan paling kuat setelah Hiroshima dan Nagasaki, dan lebih dahsyat daripada Halifax (1917) dan Texas City (1947) di mana 2.700 ton amonium nitrat meledak," katanya.

“Kehilangan nyawa dan luka-luka warga telah menimbulkan kemarahan yang dalam."

"Amonium nitrat telah disimpan di pelabuhan Beirut sejak 2014, jelas berbahaya dan bencana yang menunggu untuk terjadi telah terjadi," katanya.

“Ini adalah kasus pengabaian kriminal oleh otoritas dan manajemen yang bertanggung jawab atas pelabuhan, bea cukai, keamanan dan otoritas peradilan dan pemerintah," tambahnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved