Luar Negeri
Dokter Lebanon Kewalahan Hadapi Pasien Ledakan Gudang Penyimpanan Bahan Kimia, Bekerja Dalam Gelap
Seluruh dokter dan perawat di Lebanon dipanggil, termasuk yang libur atau cuti untuk membantu korban ledakan. Para korban terluka terus mengalir
Ledakan itu tidak mungkin terjadi pada saat yang lebih buruk bagi sistem kesehatan Lebanon.
Lebanon telah sakit selama berbulan-bulan karena keruntuhan ekonomi, kekurangan listrik, dan gelombang kedua infeksi virus Corona.
Lebanon memberlakukan penguncian selama dua minggu pada 30 Juli 2020.
Setelah Menteri Kesehatan memperingatkan pandemi telah berubah menjadi "berbahaya."
Tetapi pada Selasa (4/8/2020), rumah sakit Beirut menghadapi darurat kesehatan yang sama sekali tidak terduga.
Di antara mereka yang tiba-tiba menemukan diri di garis depan adalah Dr. Ramzi Alami, seorang ahli bedah di American University of Beirut Medical Center.
"Seperti kebanyakan rumah sakit di Beirut, kami benar-benar kebanjiran tadi malam," katanya .
“Kami harus menolak begitu banyak orang, yang merupakan salah satu tantangan terbesar bagi staf kami."
"Kami menjaga koridor terbuka sehingga kami bisa membawa masuk yang terluka parah," tambahnya.
“Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan apa yang kami lakukan tadi malam."
"Kami merawat pasien di lorong, di lantai di semua tempat."
"Ada pemadaman listrik lebih awal, jadi kami merawat pasien dalam gelap."
"Apa yang kami alami dan yang kami lihat tidak terlukiskan," ungkap Alami.
Dia mengatakan, kasus paling serius adalah cedera kepala internal, termasuk trauma otak.
“Karena intensitas ledakan, orang terlempar dari berbagai posisi atau terlempar ke udara atau ke dinding."
"Ada banyak robekan, luka dan pendarahan dari pecahan kaca," urainya.