Uji Swab tak Perlu ke Jakarta
Sejak berhentinya operasional Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh menyusul terinfeksinya
Dalam perspektif Ombudsman, kata dia, kebijakan mengirimkan spesimen swab ke Jakarta sementara di Aceh ada lab lain yang juga mampu melakukannya, dapat dikategorikan sebagai tindakan maladministrasi dalam jenis perbuatan atau kebijakan yang tidak patut.
"Kami sarankan agar Pemerintah Aceh mencabut kebijakan yang kurang propublik ini. Sebaiknya Pemerintah Aceh mengoptimalkan upaya koordinatif dengan berbagai pihak berwenang di Aceh, baik dengan sesama pihak eksekutif, judikatif, dan juga legislatif," pungkas Taqwaddin.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani (SAG) yang ditanyai Serambi tentang kemungkinan bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dalam pemeriksaan swab mengatakan bahwa saat ini kerja sama Pemerintah masih berjalan dengan Jakarta dan tidak terkendala apapun.
SAG tak menjawab detail apakah Pemerintah Aceh akan bekerja sama dengan Unsyiah karena Balitbangkes di Aceh saat ini sedang tidak beroperasi. "Begini, kerja sama kita (Pemerintah Aceh) saat ini kan masih dengan Balitbangkes Jakarta, skemanya sudah ada, jadi ini masih berjalan. Saat ini bukan tidak beroperasi tapi karena sterilisasi saja, jadi semua sampel dikirim ke sana dulu," kata SAG.
Alasan lain, sebut dia, saat ini Unsyiah juga punya beban tersendiri karena meningkatnya kasus positif Covid-19 di Aceh. Jadi, menurut SAG, pelayanan swab tersebut tidak boleh tersentral di satu titik. Oleh karena itu Pemerintah Aceh bersama Balitbangkes Jakarta di Aceh tetap terus melanjutkan kerja sama yang sudah ada dalam melayani masyarakat di masa darurat ini.
"Kita ingin berbagi beban, berbagi pelayanan. Unsyiah juga banyak load-nya sekarang, banyak yang swab di sana, akan ada persoalan tersendiri nanti jika swabnya cuma ada di sana saja (satu tempat). Karena kita tidak tahu akan menghadapi situasi ini sampai kapan," ujar SAG.
Masyarakat lanjut SAG, tidak perlu resah sejauh kerja sama dengan Balitbangkes Aceh belum perlu dihentikan, maka proses pelayanan bagi masyarakat akan terus berjalan. "Tapi untuk sementara karena kemarin ada petugas yang positif, ya semua sampel dikirim ke Jakarta dulu. Kalau ini sudah selesai segera beroperasi kembali," imbuhnya.
Pesan alat
Selanjutnya, saat ini Pemerintah Aceh dia katakan juga sudah memesan alat swab tes PCR sebanyak dua unit dan dalam waktu dekat akan tiba di Aceh. Direncanakan alat tersebut nanti akan ditempatkan satu di RSUZA dan satu lagi di Balitbangkes Aceh.
"Jika sudah tiba alatnya, maka pelayanan kita kepada masyarakat akan lebih maksimal. Intinya mekanisme kerja sama untuk sementara masih dengan Balitbangkes Aceh dan sejauh ini belum ada kendala apapun. Jadi kerja sama itu dulu kita jalankan," ujar SAG.
Update kasus
Tadi malam, SAG juga merilis prevalensi kasus Covid-19 di Aceh, berdasarkan laporan Gugus Tugas Covid-19 kabupaten/kota per tanggal 8 Agustus 2020 pukul 19.00 WIB. Ia melaporkan jumlah kasus Covid-19 di Aceh secara akumulatif mencapai 547 orang, yakni sebanyak 378 orang dalam penanganan tim medis di rumah sakit rujukan, 148 orang sudah sembuh, dan 21 orang meninggal dunia.
Kasus baru Covid-19 yang dilaporkan tadi malam sebanyak 2 orang, masing-masing 1 orang warga Kabupaten Nagan Raya dan 1 orang warga Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara 1 orang dilaporkan meninggal dunia.
Satu orang yang meninggal dunia, sesuai laporan dari Koordinator Pelayanan Tim PIE Covid-19 RSUDZA, dr Novina Rahmawati, laki-laki umur 69 tahun warga Nagan Raya yang dirawat di RSUZA Banda Aceh sejak 23 Juli 2020.
Almarhum meninggal di RICU-RSUZA, Sabu (8/9/2020) sekira, pukul 3.30 WIB.