Taifo Mahmud, Profesor Amerika dari Kota Langsa  

Namanya Taifo Mahmud, seorang profesor terkemuka dalam bidang Farmasi dan Kimia di Oregon State University (OSU), Amerika Serikat

Editor: bakri
diaspora.ristekdikti.go.id,
Taifo Mahmud, Sosok Disapora Indonesia yang Pernah Tinggal di Langsa Hingga Menjadi Profesor di AS 

BANDA ACEH - Namanya Taifo Mahmud, seorang profesor terkemuka dalam bidang Farmasi dan Kimia di Oregon State University (OSU), Amerika Serikat.

Dia juga juga salah satu pendiri dan menjadi wakil presiden dari perusahaan Gadusol Laboratories Inc.

Siapa sangka Taifo ternyata berasal dari Aceh, tepatnya dari Kota Langsa.

Jati diri Taifo Mahmud ini terungkap dalam sesi wawancara dengan VOA Indonesia baru-baru ini.

Taifo mengaku jika orang tuanya pengusaha di Kota Langsa.

“Orang tua saya itu pengusaha di bidang kesehatan dan pengusaha poliklinik di Langsa. Jadi sejak kecil saya sudah terbiasa berhubungan dengan obat-obatan,” katanya dikutip dari VOA Indonesia, Senin (10/8/2020).

Serambi kemudian mencoba menelusuri jejak profesor ini, dan ternyata benar, seluruh keluarganya memang menetap di Langsa.

Taifo bisa dikatakan lahir dari keluarga sederhana.

Ayahnya, Almarhum Mahmud Shirakawa asli berkebangsaan Jepang, dan ibunya bernama Aisyah berkebangsaan Cina.

Mahmud Shirakawa merupakan bekas tentara Jepang yang memilih bergabung dengan Indonesia.

Ayahnya kemudian memilih menetap di Langsa, di Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa, dan kemudian berpindah ke Jalan T Umar Pusat Kota Langsa.

Prof Taifo Mahmud tergolong keluarga besar.

Karena selain memiliki saudara kandung tiga orang, ia memiliki saudara tiri (beda ibu) sebanyak sembilan orang yang semuanya juga berada di Langsa, tepatnya di Gampong Blang, Kecamatan Langsa Kota.

Abang tertua kandung Prof Taifo bernama, Naar Bahrum, yang lebih dikenal sebagai pengusaha Toko Sepatu Bata di Jalan T Umar Pusat Kota Langsa.

Lalu kakaknya Meirico (59) tinggal bersebelahan dengan abag tertuanya, serta adik perempuannya terkecil, Meirico, tinggal di Bekasi, ikut suami, berstatus anggota TNI yang bertugas di Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

Serambi, Selasa (11/8/2020) berkunjung langsung ke rumah keluarganya ditemani saudara tiri Prof Taifo, Fachriansyah yang juga Kepala Bagian (Kabag) Pembangunan Pemko Langsa.

Mereka menceritakan semua kisah tentang Taifo dari kecil hingga dewasa, sampai kemudian sukses berkarir di negeri Paman Sam.

Taifo Mahmud, Sosok Diaspora Indonesia yang Pernah Tinggal di Langsa Hingga Menjadi Profesor di AS

Cerita dimulai dari ayah mereka, Mahmud Shirakawa.

Menurut Meirico, ayah mereka sebenarnya bukan dokter.

Tetapi ketika perang dulu, ayahnya selalu membawa bekal obat sendiri yang berasal dari negara asalnya, Jepang.

Saat perang usai, Mahmud Shirakawa menjadi warga negara Indonesia (WNI), dan mulai menjalankan bisnis berjualan obat dengan membuka depot obat dan poliklinik.

Pada zaman itu, di Langsa mungkin belum ada dokter dan sepengetahuan Meirico, di Aceh baru ada satu atau dua dokter, itupun hanya di Banda Aceh.

Saat itu ayahnya memilih menjalankan bisnis obatan, karena di Langsa obat-obatan masih sulit didapatkan masyarakat.

Karena jiwa sosialnya yang tinggi, ayahnya sering datang berkunjung ke rumah warga yang sakit dan memberikan obat.

“Sejak saat itu ayah sering disapa warga dengan sebutan Pak Mantri,” ucapnya.

Viral, Dipisahkan Sekatan Dinding, Dua Tentara Beda Agama Ini Tampak Tenang Beribadah Saat Bersamaan

Masa kecil

Naar Bahrum menceritakan, adiknya Taifo Mahmud memang paling pintar di keluarga mereka.

Kejeniusan sang adik sudah terlihat sejak kecil, ketika ia bersekolah di SDN 11 Langsa.

“Awalnya Taifo Mahmud di kelas 1 naik ke kelas 2, dan karena kejeniusannya, dari kelas 2 ia langsung lompat ke kelas 4,” ungkap Naar Bahrum.

Saat di kelas 4, pihak sekolah dan para guru sebenarnya mau menaikkan Taifo langsung ke kelas 6, karena cepat menguasai dan mampu menyelesaikan semua pelajaran.

Tetapi ayahnya melarang hal itu dan meminta agar anaknya dinaikkan ke kelas 5 seperti anak-anak lainnya.

Setelah lulus di SDN 11, Taifo kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Langsa.

Di sekolah favorit ini, Taifo terlihat semakin luar biasa.

Ia kritis bertanya yang terkadang sulit dijawab gurunya, sehingga akhirnya hanya guru kelas 3 yang berani mengajar Taifo.

"Waktu di SMPN 1 Langsa itu, guru ada yang sampai menangis dibuatnya," ujar Naar sambil tertawa lucu mengingat Taifo kecil.

Setamat SMPN 1 Langsa, dengan prediket juara umum dari kelas 1 hingga kelas 3, Taifo memilih mendaftar ke SMAN 6 Medan dengan sistem seleksi.

Namun karena takut tidak lulus mengingat pesaingnya cukup banyak, mencapai 1.000 orang, Taifo juga mendaftar di SMAN 1 Langsa.

Setelah seleksi dan pengumuman, Taifo berencana pulang lagi ke Langsa, karena nama tidak tercantum di papan pengumuman SMAN 6 Medan.

Ternyata Taifo tidak melihat habis semua nama.

Dia hanya melihat dari tengah hingga ke bawah.

Belakangan saat akan berangkat pulang, Taifo mencoba mengecek lagi nama-nama itu dan mendapati namanya berada di urutan teratas.

"Sebelum berangkat pulang, ia lihat kembali papan pengumuman, rupanya namanya ada di urutan nomor 1," ujar abangnya.

Selama sekokah di SMAN 6 Kota Medan, Taifo juga selalu berada di peringkat atas hingga ia menamatkan sekolah.

Setelah lulus, Taifo melanjutkan pendidikan ke USU Medan.

“Sebenarnya Taifo berniat masuk arsitek. Tetapi ia memilih menurut keinginan ayah. Ia masuk ke jurusan farmasi. Setelah tamat di farmasi, ayah menyuruhnya untuk memilih jurusan lain,” ucap Naar Bahrum.

Seperti diberitakan VOA Indonesia, Taifo setelah menyelesaikan kuliahnya tahun 1994, kemudian melanjutkan ke jenjang pascasarjana dan doktor di Osaka University, Jepang, tahun 1997.

Setelah menyelesaikan program doktor, ia pun melanjutkan risetnya di University of Washington, AS tahun 1997-2000.

Peluang riset yang begitu terbuka, membuat Taifo memutuskan untuk menetap di Amerika Serikat.

Meirico menambahkan, meski saat ini adiknya itu berada jauh di Amerika, tetapi Taifo selalu mengusakan pulang ke Langsa setiap dua tahun sekali.

Ia pulang bersama istri dan empat anaknya.

Terakhir ia pulang pada pada September 2019 sebelum wabah Covid-19.

Taifo juga sering berkomunikasi lewat handphone atau WhatsApp dengan abang dan kakak-kakaknya.

Selama di Langsa, Taifo akan menziarahi makam ayah dan ibunya di TPU Gampong Blang, Kecamatan Langsa Kota.

Ia juga akan menyempatkan diri bertemu teman-teman dekatnya semasa kecil, di SD dan SMP.(zubir)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved