15 Tahun Damai Aceh

15 Tahun Damai Aceh - Begini Suasana Detik-detik Penandatanganan MoU Helsinki 15 Agustus 2005

Pimpinan Gerakan Aceh Merdeka dan perwakilan Republik Indonesia, sepakat menandatangani MoU untuk menghentikan konflik bersenjata di Aceh.

SERAMBI INDONESIA
Capture halaman 1 Harian Serambi Indonesia edisi 16 Agustus 2005 tentang perdamaian RI-GAM di Helsinki, 15 Agustus 2005. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Hari ini 15 tahun lalu, tepatnya 15 Agustus 2005, sebuah sejarah bagi rakyat Aceh dan Indonesia, tercipta di Helsinki, Finlandia.

Setelah melalui serangkaian dialog dan diskusi alot, para pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan perwakilan Republik Indonesia, sepakat menandatangani kesepahaman bersama atau memorandum of understanding (MoU) untuk menghentikan konflik bersenjata di Aceh.

Penandatanganan MoU Kesepakatan Damai yang kemudian lebih dikenal dengan MoU Helsinki itu, menjadi titik penting dari terhentinya konflik yang mendera Aceh selama lebih 29 tahun.

Rakyat Aceh yang sebelumnya selalu diliputi ketakutan dan nestapa, mulai berani manggantungkan cita-cita, menuju Aceh yang damai, berkeadilan, bermartabat, dan sejahtera.

Peristiwa ini terus dikenang dan diperingati setiap tahun.

Tujuannya adalah untuk menjaga dan merawat agar damai tetap bersemi di Nanggroe Mulia ini.

Sebagai bagian dari upaya mengenang sejarah dan merawat damai ini, berikut kami turunkan kembali liputan langsung wartawan Harian Serambi Indonesia dari Helsinki Finlandia yang dimuat di Harian Serambi Indonesia edisi Selasa 16 Agustus 2005.

Liputan eksklusif ini kami turunkan kembali dalam beberapa bagian yang dirangkum dalam topik “15 Tahun Damai Aceh”.

Dimulai dengan liputan utama tentang suasana detik-detik penandatanganan MoU yang dikemas dalam berita berjudul “Laporan dari Helsinki, Aceh Damai”.

Berikut ini laporan utama Serambi Indonesia edisi 16 Agustus 2005: 

HELSINKI - Setelah nyaris 29 tahun berkuah darah dan banjir air mata, konflik di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menemui starting point menuju Aceh yang damai, berkeadilan, bermartabat, dan sejahtera.

Sebuah ruang utama berukuran 12x8 meter di Smolna The Government Bunked Hall (Balai Pertemuan Finlandia) Helsinki, menjadi aksi bisu ketika ditandatanganinya memorandum of understanding (MoU) kesepakatan damai RI‑GAM.

Acara penandantanganan itu diliput sekitar 200 orang wartawan dari media cetak dan televisi, Eropa, Amerika, Asia, termasuk dari media cetak dan lektronik nasional.

Tepat pukul 12 siang waktu Helsinki atau pukul 16.00 WIB, Ketua Delegasi Indonesia yang juga Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaludin, Ketua Delegasi GAM, Malek Mahmud dan Ketua Crisis Management Initiative Martti Ahtisaari yang juga mantan Presiden Finlandia, membubuhkan tandantangan mereka secara bersaman pada lembar kesepakatan damai tersebut.

Koran Serambi Indonesia edisi 16 Agustus 2005 memberitakan kesepakatan perdamaian RI-GAM di Helsinki, 15 Agustus 2005.
Koran Serambi Indonesia edisi 16 Agustus 2005 memberitakan kesepakatan perdamaian RI-GAM di Helsinki, 15 Agustus 2005. (SERAMBI INDONESIA)

Spontan saja ruang pertemuan yang disesaki oleh wartawan dan kedua delegasi yang berdiri di belakang meja perundingan diwarnai gemuruh tepuk tangan.

Hamid, Ahtisaari dan Malek lalu bersalaman sejenak seusai penandatanganan.

4 Mantan Anggota Perunding GAM ke Helsinki, Ahtisaari: Setelah RI-GAM Damai Kami Kebanjiran Order

Secara garis besar MoU yang ditandatangani itu nyaris sama dengan bocoran MoU yang sempat beredar pada kalangan terbatas di Jakarta belum lama berselang.

Turut juga menjadi saksi dari kesepkatan MoU itu adalah Menlu Finlandia, Wakil Uni Eropa, dan  Ketua Komisi Uni Eropa.

MoU itu terdiri atas enam item pokok yang dibagi atas beberapa sub item.

Yaitu, pemerintahan Aceh, partisipasi politik, ekonomi, peraturan hukum, hak azasi manusia, amnesty, reintegrasi ke dalam masyarakat, peraturan keamanan, penetapan utusan pemantau dan penyelesaian pe4rselisihan.

Saat penandatanganan seluruh angota delegasi kedua pihak berdiri di belakang tim penandatanganan.

Kilatan blitz kamera nyaris tak henti dimulai saat kedua pihak serta fasilitator masuk ke ruang penandatanganan.

Dari kubu Indonesia dipimpin oleh Menko Polhukam Widodo AS.

Di situ tampak unsur DPR‑RI, DPD dari Aceh, Plt Gubernur NAD Azwar Abubakar serta Ketua DPRD Sayed Fuad Zakaria, serta tokoh NAD lainnya.

Sementara dari kubu GAM tampak dr Zaini Abdullah, Bahtiar Abdullah serta belasan anggota delegasi lainnya.

Cerita di Balik Perundingan GAM-RI di Helsinki

Usai penandatanganan, kedua kubu serta Marti Ahtisaari sendiri memberikan keterangan pers.

Ketiganya sepakat bahwa penandatanganan itu akan dibarengi itikad baik semua pihak untuk menciptakan damai yang lestari di Aceh.

Baik Malek Mahmud maupun Hamid Awaluddin menyatakan komitmen kubu masing‑masing untuk menciptakan Aceh yang damai, sejahtera dan bermartabat, serta membangun perekonomian Aceh yang telah terpuruk selama konflik dan tsunami.

Hamid malah di ujung pernyataan persnya mensiir pepatah Aceh, pat ujeun yang han pirang pat prang yang han reuda (mana ada hujan yang tak berhenti, mana perang yang tak reda atau selesai).

Acara penandatanganan yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari Istana Presiden Finlandia itu, benar‑benar berlangsung dalam pengamanan yang ketat dan terukur.

Panitia mengharuskan wartawan yang meliput sudah dikonform sehari sebelumnya, untuk memasukkan peralatan kerja paling telat pukul 09.30 waktu setempat.

Setelah didata, wartawan lalu diperintahkan keluar.

Kisah Tercecer 11 Tahun MoU Helsinki

Acara itu diawali oleh delegasi Indonesia yang sampai ke lokasi gedung yaitu Meneg Infokom Sofyan Jalil sekitar pukul 10.13.

Setelah itu berturut‑turut sampai Bahtiar Abdullah (Jubir GAM) serta ditutup dengan pimpinan kontingen kedua pihak.

Wartawan telah masuk ke ruang pertemuan sekitar pukul 10.30. Puluhan kamera televisi dan media cetak tampak memenuhi ruang pertemuan.

Insan pers menunggu satu jam lebih dengan perasan tegang, sebelum acara penandatanganan dimulai.

Sekitar pukul 11.45 kedua delegasi masuk.

Marty, Hamid, Malek, Menlu Finlandia serta Ketua Komisi Eropa dan wakil Uni Eropa  duduk pada tempat yang telah dipersiapkan.

Sedangkan angota delegasi lainnya berdiri di belakang penandatanganan.

Ketegangan yang sempat muncul kala menunggu saat‑saat penandatanganan, langsung cair.

Malam sebelumnya, kedua delegasi juga telah menghadiri jamuan makan malam bersama di Casino Restoran yang terletak pada bibir pantai Helsinki.

Jamuan itu atas prakarsa CMI.(nur)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved