15 Tahun Damai Aceh
15 Tahun Damai Aceh - Meunyo Nanggroe Ka Aman, Keupeu Lom Beudee
Malek dan Zaini bercerita banyak tentang obsesinya bagi damai hakiki di Aceh serta mimpi barunya untuk bisa pulang dan menjejakkan kaki di bumi Aceh.
Zaini kembali menambahkan pernyatan Malek. Menurutnya, dengan adanya self government, Aceh akan bisa mengatur diri sendiri.
Walaupun secara politik tetap di bawah NKRI. Bagi GAM yan gterpenting adalah kesejahteran yang berkesinambungan bagi rakyat Aceh. Hingga rakyat ACeh bisa hidup layaknya warga lain bahlkan lebih baik.
Muhammad Liza juga menambahkan, dengan isu self government, GAM telag menggeser atau menghilangkan isu merdeka dan otonomi.
Namun tujuan akhir tetap tercapai, yakni ralkyat Aceh bisa hidup lebih tenang. Dengan kata lain, damai dan adil harus ada di Aceh.
Tadi dikatakan GAM akan mendosialisasikan kesepakatan damai ini hingga level bawah, kalau masih terjadi juga pelanggaran, bagaimana sikap dan keputusan GAM?
Kita juga telah memperhitungkan hal itu. Untuk itu dengan sekuat tenaga kita berupaysa meminimalisirnya. Artinya kami GAM benar‑benar memegang komiment untuk menjalankan perjanjian ini, tanpa merusakknya sedikitpun.
Bagaimana sikap GAM terhadap upaya pengumpulan senjata pascapenandatanganan damai?
Itu adalah wajar di daerah konflik. Bukan hanay di Aceh tapi juga di Kosovo, Bosnia atau daerah konflik lain.
Apabila keamanan benar‑bnar telah tercapai, untuk apalagi senjata? Selain itu angota GAM itu dulunya juga telah punya sawah dan kebun.
Inilah saatnya mereka kembali bekerja, jika benar‑benar siatuasi telah aman. Dengan kata lain, bila nanggroe telah aman keupue lom beudee (Bila negeri sudah aman, untuk apa lagi senjata).(nur)