15 Tahun Damai Aceh
15 Tahun Damai Aceh - Petinggi GAM Kami Rindu Aceh
"Kami rindu dengan Aceh, suatu saat kami pasti akan pulang. Namun semuanya tergantung dengan keamanan di Aceh," kata Malek Mahmud.
"Situasi dan kondisi telah berubah begitu cepat, terutama pascatsunami. Kini rakyat Aceh butuh sentuhan yang benar-benar menyejukkan. Kami menjawab fenomena itu dengan mencoba lebih akomodatif. Tapi tentu saja mengacu pada kehendak tercapainya keamanan dan kenyamanan bagi seluruh rakyat Aceh," tandas Maleek Mahmud.
Maleek dan Zaini mencontohkan tentang kondisi dunia pendidikan di Aceh yang hancur pascatsunami.
Selain itu, juga menyangkut fasiltas lainnya.
Akan tetapi lebih dari itu, rakyat kini butuh titik aman yang mereka cari selama puluhan tahun.
• Zaini Abdullah Nilai Wapres JK Sosok Berani, Cepat Memutuskan dan Punya Jalan Keluar
Dengan adanya kesepakatan damai, kita akan dapat dengan leluasa melaksanakan pembangunan di Aceh.
Lebih dari itu perhatian Internasional akan nasib Aceh pascatsunami akan terus berlangsung.
Karena bagaimanapun, rasa aman yang kurang akan membuat lembaga asing yang ada di Aceh akan lari.
Pada sisi lain, Maleek menambahkan, kondisi memang telah berubah.
Termasuk dalam hal ini tuntutan masyarakat.
Karenanya terasa wajar jika GAM pun merubah fokus tuntutan terhadap RI.
Dan Maleek menyatakan secara internal GAM tetap solid dengan adanya perubahan sasaran akhir tersebut.
"Kami menyadari betul, Aceh butuh membangun, setelah luluhlantak dihantam tsunami. Dan untuk itu rasa aman dan nyaman perlu segera terwujud. Dengan kata lain, GAM berkewajiban untuk menciptakan rasa aman itu," tandas Maleek.
Seperti dibenarkan dr Zaini Abdullah, Maleek menyatakan kesempatan damai ini harus diambil.
Apalagi nanti status Aceh akan berubah, dan Aceh akan punya kesempatan yang lebih luas untuk mengatur dan membangun diri secara proaktif.
Dalam kaitan MoU itu pihak GAM juga telah mensosialisasikan butir-butir kesepakatan.