15 Tahun Damai Aceh
JK: Saya Pernah Ditanya, Kenapa Mau Berdamai dengan Pemberontak?
JK sangat berterima kasih kepada GAM yang kala itu mengikhlaskan perjuangan lalu ikut dalam perundingan untuk mewujudkan perdamaian.
Penulis: Subur Dani | Editor: Safriadi Syahbuddin
Kepada pihak GAM kala itu, JK terus berkomunikasi dengan para petinggi, Malik Mahmud, Zaini Abdullah, dan sejumlah petinggi GAM lainnya di luar negeri.
Di internal Pemerintah Republik Indonesia, JK juga melakukan koordinasi dengan para pihak, termasuk TNI yang menjadi garda terdepan RI saat konflik dan perang terjadi.
Suatu ketika, kata JK, dia bahkan ditanya oleh TNI terkait rencana perdamain tersebut.
"Saya ditanya, kenapa mesti damai dengan pemberontak? Lalu saya jawab, kita harus belajar dari sejarah. Lihat dulu dengan siapa kita berperang, kita berperang sesama anak bangsa, bukan dengan penjajah," kata JK.
• Jelang Peringatan Damai, Jusuf Kalla: Aceh Butuh Pembangunan, Rakyat Butuh Kemakmuran
Oleh karena itu, lanjut JK, sudah saatnya, pertikaian itu dihentikan agar tidak banyak lagi korban jiwa yang berjatuhan.
JK sangat berterima kasih kepada GAM yang kala itu mengikhlaskan perjuangan lalu ikut dalam perundingan untuk mewujudkan perdamaian.
"Saya cukup berterima kasih kepada Pak Malik, Pak Zaini, Pak Mualem, dan semua anggota GAM tentunya yang mau bersama-sama dengan kita untuk berunding dan berdamai," kata JK dalam pidato conferencenya.
Tak hanya kepada GAM, kepada TNI, JK juga mengucapkan terima kasih karena mau mundur untuk kebaikan. "TNI semboyannya itu pantang mundur, tapi dalam perang mereka mau mundur, bukan mundur untuk menyerah tapi mundur untuk kebaikan," ujarnya.
Karena itu, lanjut JK, perdamaian tentu terjadi karena keberanian dua belah pihak.
"Untuk perang dibutuhkan keberanian, tapi untuk berdamai dibutuhkan orang yang lebih berani lagi karena perdamaian butuh waktu panjang, negosiasi dan saling menghormati. Keberanian bukan hanya untuk perang, tapi keberanian juga untuk berdamai,” kata JK.
JK mengutip kata-kata tokoh revolusioner dunia, Nelson Mandela.
“Forgive not forget, maafkan tapi tidak melupakan. Tidak melupakan artinya sebuah pembelajaran, pengalaman yang pahit di masa lalu yang jangan kita ulangi lagi,” ujar JK.
JK juga mengatakan, bahwa Aceh bukan hanya sekedar bagian dari negara ini, melainkan daerah modal bagi Indonesia. “Tanpa Aceh kita tidak bisa seperti ini, tanpa semangat Aceh kita tidak bisa melawan penjajah, tanpa Aceh kita tidak punya modal untuk beli pesawat,” ujar JK
Di bagian akhir JK juga mengatakan, perjuangan yang digelorakan GAM sebelumnya kini sudah beralih.
Beralih dari gerilyawan senjata kepada perjuangan politik, banyak dari kalangan GAM yang setelah damai mendapat tempat dalam pemerintahan.
“Ini sebenarnya memang cita-cita awal dari Tgk Hasan Tiro yaitu berjuang secara demokrasi sebagaimana dituliskan dalam bukunya Demokrasi Indonesia. Kita mulai perjuangn politik, perjuangan demokrasi seperti cita-cita awal Hasan Tiro,” pungaks Muhammad Jusuf Kalla.(*)
BERITA LAINNYA TERKAIT 15 TAHUN PERDAMAIAN ACEH DAN MOU HELSINKI KLIK DI SINI