15 Tahun Damai Aceh
JK: Saya Pernah Ditanya, Kenapa Mau Berdamai dengan Pemberontak?
JK sangat berterima kasih kepada GAM yang kala itu mengikhlaskan perjuangan lalu ikut dalam perundingan untuk mewujudkan perdamaian.
Penulis: Subur Dani | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Subur Dani | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Banyak kisah menarik dari Wakil Presiden ke 10 dan 12 Republik Indonesia (RI) Muhammad Jusuf Kalla saat melakukan proses negosiasi perdamaian antara RI dengan GAM, 15 tahun silam.
Selama ini, Muhammad Jusuf Kalla atau akrab disapa JK selalu saja mendapat tempat di hati masyarakat Aceh jelang peringatan perdamaian Aceh.
Perdamaian antara Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang terwujud dalam Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki pada 15 Agustus 2005 tak terlepas dari campur tangannya.
Diakui oleh kedua pihak, baik GAM maupun Pemerintah RI, Jusuf Kalla adalah salah satu sosok yang berperan penting sehingga damai Aceh terwujud 15 tahun silam.
Saban tahun saat peringatan damai, JK selalu saja didapuk untuk mengulas kembali jalan panjang konflik Aceh yang berujung pada perdamaian.
Menjelang peringatan 15 tahun perdamaian Aceh antara RI dengan GAM yang jatuh pada Sabtu 15 Agustus hari ini, mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia ini kembali berbicara soal terwujudnya perdamaian.
• 15 Tahun Damai Aceh - Begini Suasana Detik-detik Penandatanganan MoU Helsinki 15 Agustus 2005
Biasanya, kerap JK berkunjung ke Aceh pada peringatan damai.
Namun kondisi Covid-19 yang mendera Indonesia sejak awal tahun, membuat JK harus mengulas tentang damai dari jarak jauh.
Dalam acara Forum Aspirasi Damai di gedung BTU Kodam IM, Banda Aceh, Jumat (14/8/2020), JK menjadi keynote speaker secara virtual.
Didampingi Hamid Awaluddin (Ketua Juru Runding Perjanjian Helsinki dari pihak RI), JK menyampaikan pidatonya dari Jakarta.
Pidato perdamaian JK ini disiarkan secara live dari Jakarta dan disaksikan dalam Forum Aspirasi Damai di gedung BTU Kodam IM.
Kegiatan itu digagas oleh Kodam Iskandar Muda.
Turut hadir dalam kesempatan itu, Pangdam IM Mayjen TNI Hassanuddin, Kapolda Aceh, Irjen Pol Wahyu Widada, Wali Nanggroe, Tgk Malik Mahmud, Ketua KPA, Muzakir Manaf, Wakil Ketua KPA, Kamaruddin Abubakar, bupati/wali kota, Anggota DPRA, dan sejumlah eks kombatan GAM.
• VIDEO - Peringatan 15 Tahun MoU Helsinki di Meuligoe Wali Nanggroe Ricuh
JK dalam kesempatan itu bercerita singkat tentang proses negosiasi dan berbagai persoalan yang dihadapi menjelang penandatanganan MoU Helsinki.
Kepada pihak GAM kala itu, JK terus berkomunikasi dengan para petinggi, Malik Mahmud, Zaini Abdullah, dan sejumlah petinggi GAM lainnya di luar negeri.
Di internal Pemerintah Republik Indonesia, JK juga melakukan koordinasi dengan para pihak, termasuk TNI yang menjadi garda terdepan RI saat konflik dan perang terjadi.
Suatu ketika, kata JK, dia bahkan ditanya oleh TNI terkait rencana perdamain tersebut.
"Saya ditanya, kenapa mesti damai dengan pemberontak? Lalu saya jawab, kita harus belajar dari sejarah. Lihat dulu dengan siapa kita berperang, kita berperang sesama anak bangsa, bukan dengan penjajah," kata JK.
• Jelang Peringatan Damai, Jusuf Kalla: Aceh Butuh Pembangunan, Rakyat Butuh Kemakmuran
Oleh karena itu, lanjut JK, sudah saatnya, pertikaian itu dihentikan agar tidak banyak lagi korban jiwa yang berjatuhan.
JK sangat berterima kasih kepada GAM yang kala itu mengikhlaskan perjuangan lalu ikut dalam perundingan untuk mewujudkan perdamaian.
"Saya cukup berterima kasih kepada Pak Malik, Pak Zaini, Pak Mualem, dan semua anggota GAM tentunya yang mau bersama-sama dengan kita untuk berunding dan berdamai," kata JK dalam pidato conferencenya.
Tak hanya kepada GAM, kepada TNI, JK juga mengucapkan terima kasih karena mau mundur untuk kebaikan. "TNI semboyannya itu pantang mundur, tapi dalam perang mereka mau mundur, bukan mundur untuk menyerah tapi mundur untuk kebaikan," ujarnya.
Karena itu, lanjut JK, perdamaian tentu terjadi karena keberanian dua belah pihak.
"Untuk perang dibutuhkan keberanian, tapi untuk berdamai dibutuhkan orang yang lebih berani lagi karena perdamaian butuh waktu panjang, negosiasi dan saling menghormati. Keberanian bukan hanya untuk perang, tapi keberanian juga untuk berdamai,” kata JK.
JK mengutip kata-kata tokoh revolusioner dunia, Nelson Mandela.
“Forgive not forget, maafkan tapi tidak melupakan. Tidak melupakan artinya sebuah pembelajaran, pengalaman yang pahit di masa lalu yang jangan kita ulangi lagi,” ujar JK.
JK juga mengatakan, bahwa Aceh bukan hanya sekedar bagian dari negara ini, melainkan daerah modal bagi Indonesia. “Tanpa Aceh kita tidak bisa seperti ini, tanpa semangat Aceh kita tidak bisa melawan penjajah, tanpa Aceh kita tidak punya modal untuk beli pesawat,” ujar JK
Di bagian akhir JK juga mengatakan, perjuangan yang digelorakan GAM sebelumnya kini sudah beralih.
Beralih dari gerilyawan senjata kepada perjuangan politik, banyak dari kalangan GAM yang setelah damai mendapat tempat dalam pemerintahan.
“Ini sebenarnya memang cita-cita awal dari Tgk Hasan Tiro yaitu berjuang secara demokrasi sebagaimana dituliskan dalam bukunya Demokrasi Indonesia. Kita mulai perjuangn politik, perjuangan demokrasi seperti cita-cita awal Hasan Tiro,” pungaks Muhammad Jusuf Kalla.(*)
BERITA LAINNYA TERKAIT 15 TAHUN PERDAMAIAN ACEH DAN MOU HELSINKI KLIK DI SINI