Luar Negeri
Konflik Timur Tengah Segera Berakhir? Dunia Harapkan Dari Pembukaan Hubungan UEA-Yahudi
Konflik yang terus berkelanjutan di Timur Tengah belum ada tanda-tanda akan berakhir. Berbagai pihak di Arab saling berseberangan dalam mendukung
SERAMBINEWS.COM, JERUSALEM - Konflik yang terus berkelanjutan di Timur Tengah belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Berbagai pihak di Arab saling berseberangan dalam mendukung perang proksi satu kelompok atau negara.
Perang saudara di Suriah yang telah pecah sejak 2011 sempat menjadi tempat unjuk kekuatan militer dunia.
Amerika Serikat dan Rusia, dua kekuatan dunia tidak sepaham dalam perang di Suriah.
AS mendukung pejuang Kurdi yang dianggap teroris oleh Turki.
Sebaliknya, Rusia mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad tetap aman di tampuk kekuasaan.
Konflik Yaman yang diawali serbuan kelompok Syiah, Houthi dukungan Iran menambah daftar perang di wilayah itu.
Arab Saudi yang memimpin koalisi menggempur kelompok Houthi dari udara sejak 2015, tetapi belum ada pemenang.
Koalisi Yaman juga pecah, UEA mendukung kelompok separatis bersenjata selatan yang sempat memproklamirkan kemerdekaannya.
Padahal, UEA masuk dalam koalisi pimpinan Arab Saudi menumpas kelompok Houthi.
Beberapa negara Arab menerima dampaknya, seperti Lebanon yang menampung jutaan pengungsi dari Suriah dan Palestina.
Turki juga tak kalah serunya, menampung jutaan pengungsi dari Suriah.
Eropa juga dibanjiri pengungsi dari Suriah dan sejumlah negara Arab lainnya serta Afrika.
Sehingga, perdamaian sangat diharapkan oleh negara-negara dunia, termasuk Eropa.
Eropa yang tidak berperang harus menerima dampak perang dari Timur Tengah, diserbu pengungsi.