Luar Negeri

Negoisator Mesir Kunjungi Jalur Gaza, Redakan Ketegangan, Tentara Israel Tembak Pria Tuli

egoisator Mesir mengunjungi Jalur Gaza, Palestina, pada Senin (17/8/2020). Hal itu untuk mengurangi ketegangan dan mencegah konflik lintas batas baru

Editor: M Nur Pakar
AFP/JAAFAR ASHTIYEH
Pasukan keamanan Israel melepaskan semprotan cabai ke demonstran Palestina yang memprotes rencana perluasan pemukiman Yahudi di Asira Shamaliya, Nablus, Tepi Barat, Senin (17/8/2020). 

SERAMBINEWS.COM, JALUR GAZA - Negoisator Mesir mengunjungi Jalur Gaza, Palestina, pada Senin (17/8/2020).

Hal itu untuk mengurangi ketegangan dan mencegah konflik lintas batas baru antara Israel dan kelompok Hamas.

Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza dari pasukan Palestina pada 2007, mengatakan tiga utusan intelijen Mesir bertemu dengan para pejabat Hamas.

Kunjungan mendesak itu dilakukan ketika permusuhan pecah di sepanjang perbatasan Gaza-Israel.

Padahal, selama berbulan-bulan tenang karena para pemimpin dari kedua belah pihak berupaya mencegah penyebaran virus Corona, seperti dilansir AFP, Senin (17/8/2020).

Selama seminggu terakhir, kelompok pemuda Palestina yang berafiliasi dengan Hamas telah menembakkan balon pembakar ke Israel, membakar sebagian lahan pertanian.

Israel, yang menganggap Hamas bertanggungjawab atas kekerasan yang berasal dari wilayah itu, menanggapi dengan serangan udara.

Israel tak Mundur dari Tanah yang Dicari Palestina, Solusi Dua Negara Sudah Usang

Palestina Marah, Dunia Sambut Baik Pembukaan Hubungan Diplomatik UEA dengan Yahudi

Palestina Kecam UEA Buka Hubungan dengan Yahudi, Pengkhianatan Terhadap Perjuangan Rakyat Palestina

Bahkan, melarang nelayan Gaza untuk turun ke laut dan menutup penyeberangan komersial utama ke wilayah tersebut.

Pada Selasa (18/8/20202), satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza dijadwalkan ditutup karena penutupan penyeberangan Kerem Shalom telah memutus pasokan bahan bakar.

Kondisi itu akan memperburuk krisis listrik dan membuat 2 juta penduduk Gaza mendapat listrik sekitar empat jam sehari.

Hamas mengatakan Israel tidak menghormati pemahaman sebelumnya yang dicapai dengan bantuan Mesir dan Qatar.

Disebutkan, Israel harus meredakan blokade yang telah diberlakukan di Gaza sejak pengambilalihan Hamas.

Bahkan, memungkinkan proyek skala besar untuk membantu menyelamatkan ekonomi Jalur Gaza yang telah runtuh.

Sementara, pasukan keamanan Israel, Senin (17/8/2020) menembak dan melukai seorang pria tuli Palestina.

Dia tidak dapat mendengar perintah untuk berhenti di pos pemeriksaan Tepi Barat, kata polisi.

Juru bicara polisi, Micky Rosenfeld mengatakan pria berusia 60 tahun itu sedang berjalan di daerah Kalandia di utara Yerusalem di mana hanya kendaraan yang diizinkan.

Rosenfeld mengatakan pasukan keamanan meminta pria itu untuk berhenti, tetapi dia terus mendekati dengan curiga.

Mereka kemudian melepaskan tembakan ke arah kakinya, melukai dia.

Hanya setelah penjaga menemukan bahwa tersangka tidak menanggapi karena tidak dapat mendengar atau berkomunikasi," kata Rosenfeld.

Rosenfeld mengatakan satu petugas keamanan yang terlibat dalam penembakan itu ditahan sebagai bagian dari penyelidikan atas insiden itu.

Insiden itu terjadi kurang dari tiga bulan setelah polisi Israel menembak dan membunuh seorang warga Palestina berusia 32 tahun dengan autisme parah.

Pasukan polisi perbatasan Israel mengejar pria itu ke sebuah sudut di Kota Tua Jerusalem dan menembaknya hingga tewas.

Dia meringkuk di samping tempat sampah setelah dikira sebagai penyerang.

Penembakan itu memicu kritikan keras dan seruan kepada polisi untuk mengubah pedoman tembakan terbuka untuk mempertimbangkan para penyandang disabilitas.

Warga Palestina dan kelompok hak asasi manusia Israel telah lama menuduh pasukan keamanan Israel menggunakan kekuatan berlebihan dalam beberapa kasus.

Heba Yazbak, seorang anggota parlemen Israel yang berasal dari Palestina, mengatakan insiden Senin itu mengungkap pemicu kegembiraan pasukan Israel.

“Pertama mereka menembak dan kemudian mereka memeriksa,” katanya.

"Penembakan terhadap seorang warga Palestina tuli yang tidak bersalah hanyalah contoh lain dari kemudahan dimana pasukan keamanan Israel dapat membahayakan nyawa manusia," katanya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved