Berita Lhokseumawe
Tugu Indah di Keude Cunda, Bukti Sejarah Perang Mengusir Jepang Pasca Proklamir Kemerdekaan RI
Tugu yang terletak tepat di Simpang Keude Cunda, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, merupakan sebuah bukti sejarah kegigihan masyarakat melawan..
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Jalimin
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Tugu yang terletak tepat di Simpang Keude Cunda, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, merupakan sebuah bukti sejarah kegigihan masyarakat melawan penjajahan Jepang pada 24 November 1945 lalu atau dua bulan tujuh hari setelah Kemerdekaan RI diproklamirkan.
Dalam satu tahun terakhir, tugu tersebut sudah dipugar dan terlihat sangat indah. Di tengah tugu adanya ukiran tulisan "PERTEMPURAN ANTARA T.K.R / RAKJAT MELAWAN TENTARA DJEPANG TGL. 24 -11-1945.^
Dibawahnya juga tertulis "PERISTIWA PRANG DI TJUNDA PADA 24 NOVEMBER 1945, ANTARA RAKJAT TJUNDA MELAWAN TENTARA DJEPANG JANG DIPIMPIM OLEH TEUKU IBRAHIM AGOENG PANGLIMA PRANG TJUNDA, DIBAWAH KOORDINASI TEUKU CHIK MUHAMMAD SAID SELAKU RADJA TJUNDA. DALAM PERISTIWA INI BANYAK SYUHADA JANG GUGUR, DIANTARANYA :
1.ABU JURUMUDI PUHAN
2.TGK. ALI DAKA
3.TGK NEK BENTARA
4.
5.
Dengan keindahan bentuk tugu tersebut, kini mulai banyak warga yang datang ke lokasi untuk berfoto.
Nurdin, Peutuh Peut Keude Cunda, kepada Serambinews.com, menceritakan, untuk saat ini, para pelaku sejarah yang mereka kenal sudah meninggal dunia. Namun sesuai cerita para pelaku sejarah dulunya kepada mereka, tempat pertempuran tersebut merupakan lokasi pemisahan jalur kereta api. Satu jalur melaju ke barat dan satu lagi ke timur.
Jadi kala itu, para pejuang dengan menggunakan berbagai senjata tajam, seperti pedang, menghadang kereta api yang digunakan tentara Jepang. "Perang berlangsung beberapa hari, sehingga beberapa pejuang kita gugur dalam pertempuran tersebut," papar Nurdin.
Untuk mengenang sejarah itu, maka sekitar 10 tahun lalu memang sempat dibuat tugu. Namun bentuknya sederhana. Bahkan sempat tertutup dengan adanya sejumlah bangunan masyarakat. "Namun kini telah dipugar. Bentuknya pun sangat indah. Sehingga sudah mulai ada warga yang datang walaupun hanya sekedar berfoto," pungkas Nurdin.(*)
• Penghulu Desa Ulun Tanoh Resmikan Jembatan Gantung Bantuan Kementerian Desa
• Tabrakan di Juli, Bireuen, Satu Meninggal Dunia, Ini Dugaan Penyebabnya
• Berbeda dari Tahun-tahun Sebelumnya, Perayaan HUT ke-75 RI di Lhokseumawe Sepi