Luar Negeri
UEA dan Yahudi Sudah Berkomunikasi Secara Diam-diam Selama 15 Tahun Sebelum Buka Hubungan Diplomatik
Uni Emirat Arab (UEA) ternyata diam-diam telah menjalin komunikasi dengan Yahudi selama 15 tahun sebelum membuka hubungan diplomatik secara resmi.
SERAMBINEWS.COM, DUBAI - Uni Emirat Arab (UEA) ternyata diam-diam telah menjalin komunikasi dengan Yahudi selama 15 tahun sebelum membuka hubungan diplomatik secara resmi.
Pembicaraan rahasia dan hubungan yang tenang itulah yang membuka jalan bagi kesepakatan pekan lalu antara Uni Emirat Arab dan Israel untuk menormalisasi hubungan.

Dipuji oleh Presiden AS Donald Trump sebagai terobosan utama Timur Tengah, perjanjian itu sebenarnya puncak
dari lebih dari satu dekade hubungan diam-diam.
Berakar pada pelrawanan terhadap Iran yang mendahului Trump, bahkan Barack Obama, serta tujuan yang diakui Trump untuk membatalkan tujuan pendahulunya.
Dan kesepakatan itu meninggalkan apa yang telah menjadi landasan kebijakan AS di kawasan atas resolusi konflik
Israel-Palestina.
Upaya untuk mencapai tujuan itu bertambah cepat 17 bulan lalu pada konferensi yang dipimpin AS di Warsawa,
menurut pejabat yang terlibat.
Pertemuan Februari 2019 itu, yang awalnya dianggap sebagai pertemuan anti-Iran, berubah menjadi upaya keamanan
Timur Tengah yang lebih luas setelah keberatan Eropa terhadap agendanya.
Banyak negara memilih untuk tidak mengirim diplomat top dan Rusia, China, serta Palestina melewatkannya sepenuhnya.
• Iran Lontarkan Kecaman Keras, Hubungan UEA dan Yahudi Memiliki Risiko Besar
• Turki Bakar Hubungan dengan UEA, Tetapi Mempertahankan Hubungan dengan Israel, Mengapa?
• Apa Alasan UEA Setujui Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Yahudi? Ini Penjelasannya

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hadir, seperti halnya Menteri Luar Negeri Arab lainnya.
Pada KTT tersebut, diplomat dari Arab Saudi, UEA dan Bahrain berbicara tentang ancaman yang ditimbulkan Iran
terhadap keamanan dan penggunaan proxy Syiah di Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman.
Mereka menekankan menghadapi Iran telah menjadi prioritas utama, sebelum menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Komentar yang muncul dalam video yang bocor dikonfirmasi oleh seorang pejabat AS yang menghadiri pertemuan tersebut.
Netanyahu menggemakan kekhawatiran serupa.
"Iran sangat tinggi dalam agenda di Warsawa karena kebijakan luar negeri Iran adalah pendorong terbesar ketidakstabilan di Timur Tengah saat ini," kata utusan khusus AS untuk Iran, Brian Hook, kepada The Associated Press, (AP), Rabu (19/8/2020).
Empat bulan setelah KTT, pertemuan rahasia antara UEA dan Israel berlangsung pada 17 Juni 2019 di Washington.
Trilateral berfokus pada keamanan regional, dunia maya dan maritim, serta koordinasi diplomatik dan mengganggu
pendanaan teror, menurut seorang pejabat AS.
Lebih banyak pertemuan menyusul di AS, Israel, dan ibu kota UEA, Abu Dhabi, yang berpuncak pada pengumuman
Trump, Kamis (13/8/2020).
Israel dan UEA langsung bertukar kedutaan.
UEA beralasan Israel setuju untuk menghentikan rencana mencaplok lagi sebagian besar Tepi Barat dan Lembah Jordan.

, menantu dan penasihat senior Trump, mengatakan kepada wartawan Gedung Putih bahwa diskusi untuk
kesepakatan itu berlangsung selama 1,5 tahun terakhir ini.
"Lihat, pada akhirnya, itu adalah keniscayaan, kan?" kata Kushner
Dia menambahkan:
"Tidak ada orang Israel yang pernah membunuh seorang Emirat, kan?
"Tidak ada kebencian di antara orang-orang itu."
Yang pasti, Israel dan UEA tidak pernah saling berperang dan tidak berbagi perbatasan, ujar Kushner.
Namun, perjanjian lebih disambut hangat di Israel daripada di UEA, di mana publik telah lama memandang Israel dengan kecurigaan.
Tetapi kritik telah diredam, sebagian karena penindasan pemerintah terhadap kebebasan berbicara.
UEA, yang terdiri dari tujuh emirat yang dijalankan oleh penguasa turun-temurun dipimpin oleh Abu Dhabi.
Telah menjadi negara Arab ketiga, setelah Mesir dan Jordania memiliki hubungan penuh dengan Israel.
Dengan melakukan itu, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed meletakkan jalan bagi negara-negara seperti Maroko, Bahrain, Oman atau Sudan untuk berpotensi mengikuti.
Namun, ada banyak yang menghindari pelukan Arab di Israel.
Kepada orang-orang Palestina, yang mengatakan mereka tidak memiliki pemberitahuan sebelumnya tentang kesepakatan tersebut.
UEA menolak konsensus Arab yang sudah lama ada bahwa pengakuan Israel hanya dapat dilakukan setelah konsesi Israel dalam pembicaraan damai, pembentukan negara Palestina.
"Saya pikir UEA paling tidak terikat pada formula solidaritas lama ini ... yang memberi mereka lebih banyak fleksibilitas strategis," kata Kristin Smith Diwan, seorang sarjana di Arab Gulf States Institute di Washington.
"Tidak diragukan lagi, di antara masyarakat Arab dan Teluk yang lebih luas, ini akan menjadi langkah yang sangat
tidak populer," katanya.
Dia menambahkan perjanjian itu juga membuat UEA rentan terhadap keputusan apapun yang dibuat Israel di masa mendatang.
Namun, bagi UEA, perhitungan untuk membangun hubungan dengan Israel membawa sejumlah keuntungan strategis selain melawan Iran dan menangguhkan aneksasi Tepi Barat.
Melalui Israel, UEA dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan Partai Republik dan Demokrat, mengingat etidakpastian peluang pemilihan kembali Trump melawan mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Dorongan lain adalah persepsi di antara negara-negara Teluk Arab bahwa ketergantungan AS telah memudar, dari kesepakatan nuklir pemerintahan Obama dengan Iran, hingga ketidakpastian Trump dalam kebijakan luar negeri.
Pandangan mereka tentang masalah tersebut telah tercermin dalam kolom surat kabar yang terkait dengan negara dan dalam keluhan yang tenang di pertemuan pribadi.
Arab Saudi dan UEA juga dilarang oleh Kongres untuk membeli miliaran dolar senjata AS karena korban kemanusiaan dari perang Yaman, sebelum Trump memveto tindakan tersebut.
“Preferensi pertama mereka adalah membuat Amerika Serikat sangat terlibat di Timur Tengah sebagai sekutu utama mereka."
"Jika mereka tidak bisa mendapatkan itu, yang ... di bawah Trump sama sekali tidak bisa, maka mereka akan mencari yang terbaik kedua, dan Israel adalah yang terbaik kedua, "kata Kenneth Pollack.
Dia mantan analis CIA dan sekarang pakar Timur Tengah di American Enterprise.
Saudi dan Emirat ingin membangun kekuatan militer dan ingin AS memberi mereka lebih banyak kebebasan bermanuver
di tempat-tempat seperti Libya, Yaman, dan Tanduk Afrika.
Dengan aliansi Emirat-Israel yang lebih kuat, mereka dapat mengandalkan Israel untuk juga membuat kasus itu di Washington." kata Pollack.
Hook berpendapat itu adalah kebijakan Iran yang agresif dan keputusan Trump untuk menarik AS dari perjanjian nuklir membantu menyegel kesepakatan terbaru.
“Israel dan UEA merasa dikhianati oleh strategi Iran-Obama."
"Bersama kami, mereka tahu kami berdiri bersama sekutu dan mitra dan kepercayaan adalah faktor penting dalam menyelesaikan perjanjian damai ini, ”kata Hook, yang terlibat dalam pembicaraan trilateral.
Pada saat pandemi virus Corona telah mengikis pendapatan minyak dan pariwisata yang vital, UEA akan melihat hubungannya dengan Israel untuk memperdalam hubungan perdagangan.
Kemudia kerja sama keamanan, dan berbagi teknologi.
Upaya UEA untuk mencari hubungan yang lebih baik dengan Israel sebagai sarana untuk meningkatkan posisinya di Washington dimulai pada 2006, menurut Sigurd Neubauer.
Penulis buku "Wilayah Teluk dan Israel: Perjuangan Lama, Aliansi Baru."
Ini dimulai dengan krisis hubungan masyarakat atas operator pelabuhan Dubai, DP World gagal mengelola pelabuhan utama.
Duta besar UEA untuk AS, Yousef Al-Otaiba, mengadakan pertemuan pertamanya dengan seorang pejabat Israel pada 2008 dan saluran diplomatik didirikan untuk fokus pada Iran, kata Neubauer.
Hubungan tersebut menemui hambatan pada 2010 ketika UEA menuduh agen Mossad Israel membunuh sosok Hamas, Mahmoud al-Mabhouh di sebuah hotel di Dubai.
Hampir satu dekade kemudian, seorang menteri Israel berdiri di Abu Dhabi dan menyanyikan lagu kebangsaan negaranya di kompetisi judo.
Termasuk berjabat tangan dengan hangat dengan pejabat Emirat dan mengunjungi masjid agung emirat dalam tontonan publik tentang hubungan yang menghangat .
Pada Januari 2020, ketika Trump mengumumkan rencana Timur Tengahnya yang ditolak oleh Palestina, duta besar UEA, Bahrain dan Oman menghadiri upacara Gedung Putih, yang juga dihadiri Netanyahu.
Diplomat senior Emirat, Anwar Gargash mengatakan hubungan dengan Israel tumbuh secara organik selama 15 tahun
terakhir ini.
"Melalui keterlibatan dengan pemerintahan Trump, ide berkembang dan meresap, dan itu benar untuk dilakukan,"
katanya.(*)