Testimoni

Kisah Khairul Abidin, Penyintas Covid-19 di Aceh Kirim Pesan untuk Masyarakat: Virus Itu Ada!

Selanjutnya semua informasi dari lembaga resmi pemerintah hendaknya dijalankan bukan untuk bahan perdebatan, dan mencegah kepanikan warga.

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Khairul Abidin (47), seorang penyintas Covid-19 di Aceh. 

Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Khairul Abidin (47) berbagi cerita mengenai dirinya yang dinyatakan positif Covid-19.

Khairul merupakan seorang penyintas atau istilah lain disebut seseorang yang bertahan hidup kemudian sembuh dari covid-19 dan kini telah dipulangkan setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

Ia menjadi tulang punggung keluarga bagi istri dan tiga orang anak, kedua anaknya kuliah di salah satu universitas negeri di Kota Banda Aceh dan satunya lagi merupakan santri di salah satu pesantren di Aceh.

Setelah dinyatakan positif terinfeksi Covid 19, Khairul dirawat selama enam hari.

Terhitung dari tanggal 27 Juni hingga 3 Juli 2020 di Ruang isolasi Pinere ll kamar 4 Rumah Sakit Zainal Abidin (RSZA) Kota Banda Aceh.

Ia menerangkan, ada beberapa tempat yang kemungkinan menjadi lokasi ia terpapar, yaitu di Kota Lhokseumawe saat melakukan tracing, Kantor Satpol PP dan WH Aceh saat melakukan pengawasan pelaksanaan rapid test, lalu di Pprumahan polisi Pagar Air, Aceh Besar saat mengawasi tracing kasus Covid 19.

Sebelum Keracunan, Tokoh Penentang Putin, Alexei Navalny, Dalam Pengawasan Intelijen Rusia

VIDEO - Demo Rutin Mingguan Warga Israel Tuntut Netanyahu Mundur

Siap-siap, Sistem Pembayaran Nontunai di Kapal Cepat & Kantin Pelabuhan Ulee Lheue Segera Berlaku

“Saya berharap masyarakat lebih awas dan terus menerapkan Ppotokol kesehatan karena keberadaan virus itu memang ada,” kata Kairul Abidin yang juga seorang tenaga kesehatan bertugas di Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan di Dinas Ksehatan Provinsi Aceh.

Selain itu ia juga berpesan kepada masyarakat secara luas agar untuk mengikuti anjuran dari pakar kesehatan terkait protokol Kesehatan, bukan dari orang yang tidak paham kesehatan.

Selanjutnya semua informasi dari lembaga resmi pemerintah hendaknya dijalankan bukan untuk bahan perdebatan, dan mencegah kepanikan warga.

Hendaknya warga menyaring informasi dahulu sebelum menyebarluaskannya melalui media sosial dan lainnya.

"Mari kita menjadi bagian solusi dengan ikut berpartisipasi melakukan pencegahan karena pencegahan lebih baik dari pada mengobati," ujarnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved