Jurnalisme Warga
Abu di Lueng, Ulama Keramat dari Ulee Gle
BERADA di lokasi paling ujung Kabupaten Pidie Jaya (Pijay), Ulee Gle menyimpan banyak cerita dan berbagai macam keindahan yang jarang

Jejak pengabdian beliau masih terekam jelas di dalam dokumentasi Madrasah Jangka Buya, sesuai pengakuan dari Masrour Muniruddin, guru yang masih aktif mengajar di madrasah itu.
Ada banyak cerita seputar kekeramatan Abu di Lueng pada masa dulu, seperti yang diceritakan kembali oleh cucu beliau, Teungku Mahfudh Muhammad Achmad. Menurut Abu Kuta Krueng yang sempat menjadi saksi sejarah saat Abu Di Lueng berpulang ke rahmatullah pada tahun 1958, saat itu kuburan beliau tak berair sedikit pun, padahal lueng (sungai kecil) di dekat tempat kuburannya digali dipenuhi air. Mahabesar Allah Yang telah menunjukkan kuasa-Nya terhadap hamba yang mendedikasikan sisa umurnya di jalan Allah.
Kisah menarik lainnya adalah saat ada pencuri yang memasuki pekarangan rumah beliau untuk mencuri nangka yang tumbuh lebat di pohonnya. Pencuri tersebut berhasil mengambil nangka, tapi tak berhasil ke luar dari halaman rumah Abu di Lueng. Saat subuh pun, Abu di Lueng bangun untuk shalat dan mendapati pencuri sedang kebingungan dengan buah nangka di pundaknya.
Saat ditanyai Abu di Lueng, jawaban si pencuri itu sungguh di luar dugaan. Pencuri mengatakan bahwa tak ada jalan ke luar baginya, di hadapannya yang terlihat hanyalah hamparan laut luas yang tak bisa dilewatinya. Baru setelah diizinkan Abu di Lueng si pencuri itu bisa ke luar dari pekarangan rumahnya. Masyaallah. Memang sesuai yang disampaikan Buya Yahya, kita harus yakin dalam hati bahwa keramat atau karamah terhadap orang yang saleh dan disayangi Allah benar adanya walau terkadang tak masuk di logika kita manusia biasa.
Salah satu murid Abu Di Lueng yang juga ulama terkenal di Pidie Jaya adalah Abu Haji Abdul Hamid, dikenal dengan panggilan Abu di Uteun Bayu yang juga telah berpulang ke rahmatullah pada tahun 2008. Abu Uteun Bayu yang semasa hidupnya selalu mengenang kembali jasa gurunya Abu di Lueng pada setiap khutbahnya di Masjid Istiqamah Gampong Ulee Gle.
Sekarang, makam Abu di Lueng masih bisa kita lihat di area pemakaman keluarga di Desa Lueng Teungoh, Gampong Ulee Gle. Jarak tempuhnya hanya sekitar dua menit dari jalan Medan-Banda Aceh ke makam Abu di Lueng.
Selain itu ada satu peninggalan yakni balai pengajian beliau yang menjadi saksi bahwa beliau pernah berjuang di jalan Allah dalam menyebarkan agama Islam. Balai tersebut sampai sekarang tetap dimanfaatkan oleh anak cucu beliau untuk kegiatan beut-seumeubeut (pengajian Alquran) agar tidak pudar ditelan waktu. Wallahua’lam bisshawab. <19910815nani@gmail.com>