Kupi Beungoh
Jembatan Aceh-Papua, Ikhtiar Menyemai Kerukunan Umat Beragama di Nusantara
Sesuai dengan fakta di lapangan kehidupan masyarakat umat beragama di Aceh adem ayem, nyaris tidak ada konflik antar umat beragama
Oleh Muhammad Nasril, Lc. MA *)
KERUKUNAN umat beragama di Aceh telah dibangun sejak lama dan terawat dengan baik.
Nilai-nilai agama yang mengajarkan kedamaian dan saling menghormati menjadi pedoman masyarakat di sana demi mewujudkan hubungan harmoni.
Kendati provinsi dengan mayoritas pemeluk Islam, kerukunan yang terbangun antara umat muslim dan non-muslim di Aceh berlangsung dengan tanpa adanya gesekan dan konflik akibat faktor agama.
Meski menurut indeks yang dirilis Kemenag tahun 2019 Aceh berada di posisi bawah, bukan berarti kehidupan umat beragama di Aceh tidak rukun dan intoleran.
Sesuai dengan fakta di lapangan kehidupan masyarakat umat beragama di Aceh adem ayem, nyaris tidak ada konflik antar umat beragama.
Rasa toleransi antar sesama pemeluk agama terangkai dengan baik.
• Ular Masuk Dalam Mulut Saat Tidur, Begini Cara Dokter Keluarkan Hingga Ada yang Menjerit
Tokoh atau para Pembimbing Masyarakat (Pembimas) baik Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha di Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Aceh sepakat menyuarakan, meski sebagai minoritas kehidupan masyarakatnya berlangsung dengan aman dan nyaman.
Seperti saat Ramadhan 1441 H/2020M, para pemuka agama di Aceh mengikuti aturan dan kearifan masyarakat Aceh di bulan suci Ramadhan.
Pembina Masyarakat Katolik Kanwil Kemenag Aceh, Baron F Pandiagan mengatakan, di bulan Ramadhan umat Katolik di Aceh tidak memiliki keluhan.
Bahkan, menurutnya hal ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa umat Katolik di Aceh sangat menghargai perbedaan.
"Saya pikir ini salah satu kesempatan bahwa kami ingin menunjukkan bahwa kami juga memahami dan siap ikut kondisi Aceh, kedua secara pribadi tidak ada kendala karena kalau di rumah bisa disesuaikan," kata Baron, Selasa 28 April 2020.
Ia mencontohkan, salah satu bentuk menghargai perbedaan di Aceh, ada pemilik toko yang beragama Katolik meminta para pekerjanya yang muslim untuk pulang lebih cepat di bulan Ramadhan.
"Masuk jam 10 pulang jam 3. Maka kemarin saya paham juga, kadang toko masih buka karyawan sudah pulang ," katanya.