Luar Negeri
Keluarga Buta Huruf Disuruh Tanda Tangani Surat, Ternyata Isinya Jual Bayi Mereka, Begini Ceritanya
Rupanya, pasangan yang tak bisa membaca dan menulis itu mengaku menempelkan ibu jari di semua dokumen atas instruksi petugas rumah sakit.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Sepasang suami istri dari keluarga miskin dan buta huruf di Agra, Uttar Pradesh, India, tidak tahu bahwa mereka telah menjual bayinya yang baru lahir ke rumah sakit.
Mereka yang juga buta aksara (baca dan nulis) diduga telah menadatangani surat penyataan untuk menyerahkan bayi itu, karena tidak memiliki biaya untuk membayar tagihan persalinan di rumah sakit.
Rumah sakit, bagaimanapun, membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa bayi itu diserahkan kepada RS untuk diadopsi.
Melansir dari Times of India, Kamis (3/9/2020) ibu dari bayi itu, Babita (36), menjalani operasi caesar untuk melahirkan seorang bayi laki-laki minggu lalu.
Prosedur operasi menelan biaya 30.000 Rupe serta obat-obatannya 5.000 Rupe. Jika ditotalkan ke dalam Rupiah, sebesar Rp 7 juta.
Baik Babita maupun suaminya, Shiv Charan (45), yang bekerja sebagai penarik becak, tidak punya uang untuk membayar tagihan RS.
• Bayi Dikubur Hidup-hidup Ternyata Hasil Hubungan Gelap, Ibu Kandung Korban Jadi Tersangka
• Pesta Gay di Apartemen Jakarta Selatan, Pakai Kode Khusus: Top, Bottom dan Vers
Mereka merupakan dari kalangan Dalit, yakni sebuah kasta India yang haram untuk disentuh, miskin dan tertindas.
Rumah sakit, kata pasangan Dalit itu, meminta mereka menjual bayi untuk melunasi tagihan dengan harga 1 lakh Rupe atau Rp 20 juta.
Rupanya, pasangan yang tak bisa membaca dan menulis itu mengaku menempelkan ibu jari di semua dokumen atas instruksi petugas rumah sakit.
Mereka tidak mendapatkan surat kepulangan, dan mengatakan rumah sakit memberi mereka Rp 20 juta itu saat mereka berpisah dengan anaknya.
“Ini masalah serius. Itu akan diselidiki dan tindakan yang sesuai diambil terhadap mereka yang dinyatakan bersalah," kata hakim distrik, Prabhu N Singh setelah mendengar kabar tersebut.
Anggota dewan kota, Hari Mohan, mengatakan bahwa, pasangan itu sadar harus menjual anak mereka karena tidak dapat membayar tagihan rumah sakit.
• Miris! Masih Ada 4.000 Lebih Anak Putus Sekolah di Bireuen, Ini Solusi Bagi yang Ingin Melanjutkan
• Video Viral Bayi Gajah Mati Setelah Ditabrak Mobil, Sang Induk Coba Bangunkan Anaknya sebelum Diusir
Rumah sakit menepis tuduhan itu dan mengatakan bayi itu tidak "dibeli" tetapi "diserahkan" oleh pasangan itu untuk diadopsi.
“Klaim ini salah. Kami tidak memaksanya untuk menyerahkan anaknya. Dia melakukannya atas kemauannya sendiri.
Saya memiliki salinan perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh orang tua, yang menyatakan kesediaannya,” kata Seema Gupta, manajer RS JP di wilayah Trans-Yamuna.
Pasangan itu dan lima anak mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan di Distrik Shambhu Nagar, Agra India.
Pendapatan Shiv sehari-hari tidaklah lebih dari 100 Rupe (Rp 20 ribu) sehari, dan putra tertuanya yang berumur 18 tahun, dulunya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik sepatu, dan pabrik itu ditutup selama penguncian Covid-19.
“Tidak ada pekerja dari Asosiasi untuk Kemajuan Sosial dan Kesehatan (ASHA) yang mengunjungi kami,” kata pasangan itu.
• Ayah Jual Bayi Berusia 3 Bulan, Ini Awal Mula Tetangga Curiga Hingga Lihat Banyak Keanehan
• Terekam CCTV Wanita Letakkan Bayi di Lantai, Aksinya Malah Tuai Pujian Warganet
Mereka juga mengaku tidak ada yang membantu untuk mencari tahu di mana mereka bisa mendapatkan pengobatan gratis saat Babita hamil dan akan melahirkan.
"Kami juga tidak terdaftar dalam skema Ayushman Bharat (layanan kesehatan gratis India)," kata Shiv.
Seorang sumber mengatakan, transaksi semacam itu biasanya didapatkan oleh orang tua yang melahirkan anak laki-laki.
Nantinya, anak laki-laki itu akan "dijual" kembali kepada orang tua yang mencari adopsi.
Aktivis hak anak, Naresh Paras mengatakan penjelasan rumah sakit itu tidak memenuhi amanat dan peraturan dalam UU India.
“Setiap adopsi anak harus dilakukan melalui prosedur yang ditetapkan oleh Otoritas Sumber Daya Adopsi Pusat.
Klaim administrasi rumah sakit yang memiliki perjanjian tertulis untuk adopsi bayi baru lahir tidak ada nilainya. Mereka telah melakukan kejahatan," kata Paras.
• Pesta Seks Pria Gay di Apartemen Jakarta Selatan Digerebek Polisi, Puluhan Pria Diamankan
• Pengusaha Pelayaran Dibunuh Karyawan, Sakit Hati karena Sering Diajak Berhubungan Seks
Babita, sementara ini hanya menginginkan anak yang baru saja ia lahirkan dapat pulang dipelukannya dan merasakan ASI dari tubuh yang melahirkan.
Paras mengatakan, akan mengatasi kesenjangan dalam akses ke layanan kesehatan yang terjangkau akan mencegah seluruh insiden semacam ini.
“Wanita hamil tidak menerima manfaat apa pun di bawah Skema Pengembangan Anak Terpadu, pusat anganwadi setempat tidak membantu, dan pekerja ASHA tidak mengarahkannya ke puskesmas. Administrasi distrik harus memastikan ini tidak terjadi lagi,” pungkasnya. (Seambinews.com/Agus Ramadhan)