Breaking News

Berita Aceh Besar

Budayawan Aceh Apresiasi Pembangunan Terowongan Gajah di Jalan Tol Aceh

Tokoh Budaya Aceh, Ir Tarmizi Abdul Hamid mengapresiasi pembangunan terowongan (underpass) yang akan dibangun sebagai lalu lintas gajah.

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Tokoh Budaya Aceh, Ir Tarmizi Abdul Hamid mengapresiasi pembangunan terowongan (underpass) yang akan dibangun sebagai lalu lintas gajah (Po Meurah, sebutan orang Aceh untuk gajah) pada pembangunan jalan Tol Aceh atau jalan tol Sigli- Banda Aceh (Sibanceh) sepanjang 74 km 

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Tokoh Budaya Aceh, Ir Tarmizi Abdul Hamid mengapresiasi pembangunan terowongan (underpass) yang akan dibangun sebagai lalu lintas gajah (Po Meurah, sebutan orang Aceh untuk gajah) pada pembangunan jalan Tol Aceh atau jalan tol Sigli- Banda Aceh (Sibanceh) sepanjang 74 km.

Hal tersebut disampaikan Cekmidi, sapaan akrap Tarmizi A Hamid seusai menelusuri rute tol Indrapuri sampai ke Lamtamot, Aceh Besar beberapa hari lalu.

Kolektor manuskrip Aceh ini juga menemui masyarakat desa terutama disekitar Lamtamot untuk menanyakan beberapa hal menyangkut adat istiadat dan budaya yang berdampak langsung dengan pembangunan proyek strategis nasional tersebut.

Mantan Pengurus Majelis Adat Aceh ini lebih lanjut memaparkan, bahwa dalam pembangunan jalan tol ini pihak pemilik proyek dalam hal ini PT. Hutama Karya (Haka) dan Pelaksana Proyek PT. Adhi Karya telah menunjukkan keberhasilan dalam memahami sosial budaya dan kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kaedah dan kearifan Aceh sendiri.

Kakek Ini Tetap Berjualan Walaupun Masih Sakit, Menangis Begitu Ada Seorang Pembeli

Menurut Cekmidi, ini perlu dicontohkan oleh para investor lainnya yang akan membangun Aceh ke depan.

"Hampir semua masyarakat yang saya ajak berdiskusi di lapangan tentang dampak pengerjaan jalan tol pertama di Aceh ini, menunjukkan tanggapan atau hasil yang positif untuk pembangunan underpass," kata Tarmizi yang kerap disapa Cek Midi.

Pendiri Rumoh Manuskrip Aceh ini juga menjelaskan, keberadaan underpass bagi jalur lintas jelajah gajah (home range) bukan hanya ada di Aceh tetapi ada juga di bagian Sumatra lain yakni di Pekanbaru-Dumai.

Sementara itu lokasi jalur gajah tersebut dibangun pada kawasan lintasannya selama ini, yaitu di seksi 1 Padang Tiji - Lembah Seulawah.

Balita Ini Tetap Pilih Alquran dan Abaikan Gadget, Menangis Saat Berkali-kali Ditukar Orang Tuanya

Bandara Sultan Iskandar Muda Blangbintang Aceh Besar, Pusat Bantuan Kala Tsunami Menerjang

Urgensi yang dapat dilihat dari pembangunan underpass gajah kata Tarmizi, gajah merupakan hewan langka yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999.

Kemudian pada masa kesultanan gajah menjadi simbol keagungan, simbol kebesaran Aceh, penduduk pribumi Aceh, gajah sangat di hormati sehingga dalam berbagai seremonial upacara kenegaraan, gajah sering di abadikan, terutama upacara adat dan upacara militer.

Hingga penghormatan militer terhadap gajah sampai zaman sekarang ini masih terus diabadikan pada Instansi Komando Daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda yang logonya digunakan hewan gajah putih.

"Ini adalah suatu perjalanan panjang keterlibatan gajah atas segala jasa sebagai kendaraan transportasi perang di Aceh pada era lampau, maka banyak orang Aceh memanggil gajah dengan nama (laqab) diantaranya, Po Meurah, Tungku di Malem, dan sebagainya," ujarnya.

Lionel Messi Umumkan Resmi Bertahan di Barcelona hingga 2021, Ini Pernyataan Terbaru

Urgensi selanjutnya terhadap pembangunan underpass tersebut lanjut Tarmizi, yakni untuk melindungi habitat gajah itu sendiri.

Dalam artian pembangunan jalan tol tersebut bukan hanya memiliki kepentingan bagi manusia tetapi juga bagi kepentingan alam agar tidak terganggu ekosistem mamalia bergading tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved