Berita Aceh Selatan

Diajak Tinggal di Ponpes Madinatul Diniyah Nurul, Mualaf di Labuhan Haji Barat Pilih Tetap di Gubuk

Fatimah Telaum Banua adalah perempuan yang baru masuk Islam bersama tujuh putrinya.

Penulis: Taufik Zass | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com
Gubuk sangat sederhana sebagai tempat tinggal Arbulan di pinggir Jalan Nasional, Desa Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, yang menampung mualaf, Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya, Kamis (17/9/2020). 

Fatimah Telaum Banua adalah perempuan yang baru masuk Islam bersama tujuh putrinya. 

Laporan Taufik Zass | Aceh Selatan

SERAMBINEWS.COM, TAPAKTUAN – Pimpinan Pondok Pesantren/Dayah Madinatul Diniyah Nurul Pasie Raja, Tgk Mukhlis Al Yusufi kondisi Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya. 

Fatimah Telaum Banua adalah perempuan yang baru masuk Islam bersama tujuh putrinya. 

Namun, ia sekeluarga masih menumpang di gubuk yang ditempati abangnya, di tepi Jalan Nasional, Desa Ujong Blang, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.

Tgk Mukhlis atau biasa disapa Abu Ngoh mendatangi mereka, setelah membaca berita di Serambinews.com berjudul “Setelah Masuk Islam di Abdya, Ibu Bersama 7 Putri Ini Tinggal di Gubuk Pinggir Jalan,”

Tgk Mukhlis Al Yusufi mengaku tergerak hati untuk melihat dan meninjau kondisi mereka yang telah menjadi keluarga besar Muslim.

Isu Pemekaran ALA Kembali Mencuat, Sejumlah Pejabat dari Empat Kabupaten Bertemu

Terjaring Razia Tak Pakai Masker, Pria Ini Dihukum Tapi Tak Hafal Pancasila, Pilih Baca Al-Fatihah

VIDEO Menikmati Eksotisnya Pantai Batee Tunggai Samadua di Aceh Selatan

Tgk Mukhlis Al Yusufi yang juga anggota Majelis Permusyawaratan Ulama  (MPU) Kabupaten Aceh Selatan ini berniat mau membantu keluarga ini. 

Caranya membawa mereka ke Dayah Madinatul Diniyah Nurul Pasie Raja untuk pembinaan agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik, tapi mereka bersikeras untuk tetap bertahan di tempat itu.

"Dari berita yang saya baca yang dikirim dalam Group WA MPU Aceh Selatan, kami tergerak hati untuk melihat dan meninjau mereka yang telah menjadi keluarga besar kita Muslim.

Setelah berita mengenai satu keluarga mualaf yang kondisinya memprihatinkan dimuat Serambinews.com, maka sejumlah kalangan datang dan berkinginan untuk membantu.

Tidak hanya Pemerintah Kecamatan Labuhan Haji Barat yang telah membantu fasilitasnya, tetapi juga ulama,” kata Abu Ngoh.

Kedatangan Abon Ngon ke tempat itu, berniat ingin membantu keluarga ini dan membawa ke Dayah Madinatul Diniyah Nurul Pasie Raja untuk pembinaan agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik.

Namun sayang, mereka bersikeras tetap bertahan di gubung yang hanya berukuran 2,5 meter x 6 ini.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, setelah resmi mengucapkan kalamat syahadat sejak tujuh hari lalu hingga, Kamis (17/9/2020), Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya masih menumpang di gubuk yang ditempati abangnya Arbulan Telaum Banua.

Gubuk yang ditempati Arbulan hanya berukuran 2,5 meter x 6 meter di tepi Jalan Nasional, Desa Ujong Blang, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan atau kawasan perbatasan dengan Kabupaten Abdya.

Tempat tinggal menggunakan tiang kayu bulat dan pohon pinang serta beratap daun rumbia itu jauh dari layak. 

Berdiri di atas  tanah sisa bahu jalan nasional, diapit saluran irigasi atau bersebelahan dengan tanah milik almarhum Teuku  Jakfar.

Kendati tidak layak, tempat sangat sederhana itu ditempati Arbulan bersama istri dan dua anaknya (satu perempuan dan satu laki-laki) selama enam tahun terakhir.

Tapi, Arbulan dan keluarga masih tercatat sebagai penduduk (KTP/KK) di Desa Padang, Kecamatan Manggeng, Abdya.

Gubuk lokasi tepi jalan ini hanya punya satu kamar kecil yang digunakan sebagai ruangan tidur keluarga Arbulan.

Dinding ruang tidur seadanya saja dari triplek bekas dan terpal plastik. Sedang pintu masuk dan keluar hanya ditutup dengan kain.    

Ruangan selebihnya dibiarkan terbuka, dijadikan sebagai dapur,  sekaligus  sebagai tempat jual eceran minyak.

“Sehari-hari saya bekerja sebagai tukang becak antar-jemput anak sekolah MIN. Selama empat bulan terakhir, selama penyebaran Virus Corona, tak ada lagi siswa yang saya antar-jemput,” kata Arbulan. 

Meskipun hidup dalam kondisi serba kekurangan, Arbulan berhati mulia. Ia bersedia menampung adiknya, Fatimah bersama tujuh putrinya yang baru saja menjadi mualaf.

“Di gubuk ini, saya tinggal bersama istri dan dua anak usia sekolah SMP dan SD. Sekarang, bertambah delapan orang (Fatimah dan 7 putrinya) menjadi 12 orang,” kata Arbulan sambil tersenyum.

Laki-laki yang beristrikan perempuan asal Desa Padang, Manggeng ini sebenarnya memiliki tiga anak. Anak tertua laki-laki usia SMA  tinggal bersama anggota keluarga istrinya di Manggeng.

Meski berbeda kabupaten, jarak tempat tinggal Arbulan di kawasan Aceh Selatan dengan kampung asal istrinya di Abdya hanya berjarak sekitar 6 km. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved