Berita Abdya

Setelah Masuk Islam di Abdya, Ibu Bersama 7 Putri Ini Tinggal di Gubuk Pinggir Jalan di Aceh Selatan

Gubuk yang mereka tempati, hanya berukuran 2,5 meter x 6 meter di tepi Jalan Nasional, Desa Ujong Blang, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Taufik Hidayat
Serambinews.com
Gubuk sangat sederhana sebagai tempat tinggal Arbulan di pinggir Jalan Nasional, Desa Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, yang menampung mualaf, Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya, Kamis (17/9/2020). 

Selain itu tujuh putri dari sang adik yang tidak sekolah juga perlu dipikirkan.

“Tempat tinggal Fatimah dan keluarga jauh ke dalam hutan membuka lahan kebun. Tak ada bangunan sekolah di sana sehingga anak-anak tidak bersekolah. Mereka turun seminggu sekali pada hari pekan,” kata Arbulan.

Tentang anak yang tidak bersekolah diakui Fatimah kepada Serambines.com. Dari 10 orang anak, anak nomor satu dan dua pernah sekolah, kemudian putus, kemudian sudah berkeluarga tinggal di Padang Sidempuan.

Anak kelima, laki-laki sekarang sekolah di SMP, tapi tinggal dengan orang lain di Padang Sidempuan.

Lalu, anak ketiga, empat, enam sampai sepuluh, seluruhnya perempuan dibawa untuk masuk agama Islam di Abdya.

Dari tujuh putri yang sudah memeluk agama Islam itu, hanya anak nomor tiga dan empat yang pernah sekolah sampai kelas II SD, kemudian putus.    

Sedangkan anak keenam, tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh,  tak pernah sekolah sama sekali. “Anak-anak tak bersekolah karena tempat tinggal di sana tak ada bangunan sekolah,” kata Fatimah. 

Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh orang putrinya, mengucapkan kalimat syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat  Daya (Abdya), Sabtu (12/9/2020) lalu.

Ikrar syahadat dipandu Drs Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa setempat. Tujuh anbak perempuan dariu Fatimah yang mengucapkan syahadat masing-masing, Nidar Ratna Ayu Gea (18 tahun), Iren Cantika Gea (17), Muliani Gea (13), Melia Gea (11), Amila Gea (9), Mariani Gea (4), Imel Gea (3 tahun).

Warga Hilang Penciuman di Lambaro Skep Diminta Lapor, Dinkes Segera Semprot Lokasi Terpapar Covid-19

Unggah Foto Berhijab, Annisa Pohan Disebut Sangat Cocok Tampil Muslimah, Begini Balasannya

Kasus Penipuan CPNS Atasnamakan KemenPAN RB, 55 Orang Jadi Korban, Pelaku Sudah Raup Rp 3,8 Milar

IRT kelahiran Gunung Sitoli pada 28 Februari 1981 ini (seperti data KTP), sebelumnya menetap dan membuka kebun selama puluhan tahun di hutan Morsa kawasan Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan,  Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.

Hutan Morsa merupakan lokasi sangat terpencil di Kecamatan Angkola Selatan, Tapanuli Selatan.

“Jaraknya satu hari naik mobil dari Padang Sidempuan, dan setelah tiba di penghabisan ujung jalan mobil Desa Gunung Beringin, harus jalan kaki selama 4 jam baru mencapai hutan Morsa tempat tinggal Fatimah,” kata  Arbulan Telaum Banua, abang kandung Fatimah.

Wanita 10 orang anak ini nekat meninggalkan hutan Mursa yang terpencil itu dengan memboyong tujuh putrinya untuk pindah keyakinan, memeluk agama Islam.

Sementara sang suami, Eti Sama Gea (44) dan tiga anaknya, saat ini masih tinggal di kawasan Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Padang Sidempuan.

Tiga anak yang belum menyertainya, dua diantaranya sudah berkeluarga, yakni yang perempuan bernama Iman Suriani Gea (23), dan yang laki-laki bernama Yaswan Gea (20), serta satu anak laki-laki yang masih bersekolah SMP, bernama Yusafat Gea.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved