Berita Luar Negeri

Ratusan Gajah Mati Memunculkan Berbagai Spekulasi, Diduga Diserang Virus ini

Pejabat pemerintah Botswana mengatakan akan menguji lubang air untuk musim hujan berikutnya, mengurangi risiko kematian massal lainnya.

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
WION
Kematian misterius 350 gajah di delta Okavango antara Mei dan Juni membingungkan para konservasionis. 

SERAMBINEWS.COM - Ratusan gajah mati di Botswana pada awal tahun 2020 mati karena menelan racun yang dihasilkan oleh bakteri yang ditemukan di lubang air.

Ratusan gajah mati di Botswana menelan racun yang diproduksi oleh cyanobacteria.

Melansir dari The Guardian, Selasa (22/9/2020), pejabat pemerintah Botswana mengatakan akan menguji lubang air untuk musim hujan berikutnya, mengurangi risiko kematian massal lainnya.

Kematian misterius 350 gajah di delta Okavango antara Mei dan Juni membingungkan para konservasionis.

Sejumlah teori menyatakan ratusan gajah itu mati karena terkena virus EMC (ensefalomiokarditis) atau racun dari alga yang mekar.

Bangkai Gajah Dikuburkan di Mila Pidie, Petugas BKSDA Ambil Gading

Pedagang Ikan Protes Penyaluran BLT UMKM di Aceh Tamiang, Tuding tak Transparan dan ‘Main Mata’

Pergi Sendirian Mandi ke Sungai, Warga Singkil Ditemukan Mengapung tak Bernyawa

Hari Ini, Tambah Seorang Positif Covid-19 di Subulussalam, 15 Orang Sembuh

Petugas kedokteran hewan di departemen margasatwa dan taman nasional Botswana, Mmadi Reuben, dalam konferensi pers pada hari Senin (21/9/2020), menjelaskan kematian ratusan gajah.

“Tes terbaru telah mendeteksi neurotoksin cyanobacterial menjadi penyebab kematian. Ini adalah bakteri yang ditemukan di dalam air,” jelas Mmadi Reuben.

“Namun kami memiliki banyak pertanyaan yang masih harus dijawab seperti mengapa hanya gajah dan mengapa daerah itu saja. Kami memiliki sejumlah hipotesis yang sedang kami selidiki," tambahnya.

Sumber lokal menjelaskan 70% gajah mati di dekat lubang air mengandung alga, dapat menghasilkan organisme mikroskopis beracun yang disebut cyanobacteria.

Racun awalnya dikesampingkan karena tidak ada spesies lain yang mati kecuali satu kuda.

Para ilmuwan sekarang berpikir gajah bisa sangat rentan karena mereka menghabiskan banyak waktu untuk mandi dan minum air dalam jumlah besar.

Nasib Guru Cantik, Kerap Digoda Ayah Murid Hingga Disebut Pelakor, Akhirnya Berhenti Kerja

VIDEO Fakta Baru Pelaku Penculikan Bos Dealer di Lhokseumawe Disebut Kelompok Tentara Aceh Merdeka

Jelang Liga 1 2020 Bergulir, Suporter Datang ke Stadion, Klub Langsung Diganjar Hukuman Kalah

Reuben mengatakan penyelidikan melihat bagaimana kematian memengaruhi populasi gajah dan cedera pada bangkai, serta menguji sampel air di laboratorium di Botswana, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.

Ia menambahkan penyebabnya adalah "kombinasi neurotoksin" tetapi ia menolak memberikan rincian lebih lanjut dan menolak untuk mengatakan di institusi mana tes telah dilakukan.

Anggota Lantas Polresta Khairul Fahmi, Galang Dana Bantu Asnawi yang Hilang Kedua Tangannya

Angka Kesembuhan Covid-19 di Banda Aceh Meningkat, Wali Kota Apresiasi Tenaga Medis

"Saya berharap apa yang dikatakan pemerintah benar karena mengesampingkan beberapa hal," kata Dr Niall McCann, direktur konservasi di National Park Rescue yang berbasis di Inggris.

National Park Rescue awalnya berasumsi gajah mungkin telah diracuni atau meninggal karena patogen yang tidak diketahui.

Untuk mengetahui kematian gajah, National Park Rescue meminta untuk menguji sampel jaringan, sampel tersebut perlu disimpan dalam kondisi tertentu dan segera dikirim ke laboratorium khusus.

Tapi hal ini tidak dilakukan di Botswana yang memicu spekulasi lain.

“Hanya karena cyanobacteria ditemukan di dalam air, itu tidak membuktikan bahwa gajah mati karena paparan racun. Tanpa sampel yang baik dari gajah mati, semua hipotesis hanya hipotesis,” kata McCann.

Pada bulan Juli, pemerintah merilis 281 kematian gajah tetapi telah meningkat menjadi 330 kematian.

Ruben mengatakan dia akan memantau air untuk musim hujan berikutnya untuk menghindari kematian lagi.

Gara-gara Ular Piton, Jalanan Macet Parah Hingga Polisi Tutup Akses Jalan

Kasus Vina Abdya Mulai Disidang di PN Blangpidie, Kerugian Korban Mencapai 7,115 Miliar 

“Penting untuk dipantau sekarang untuk mendeteksi secara efektif pertumbuhan alga ini di air,” katanya.

Perubahan iklim meningkatkan intensitas dan tingkat keparahan pertumbuhan alga yang berbahaya, membuat masalah ini lebih mungkin terulang kembali.

McCann membenarkan bahwa dia bekerja dengan para pejabat daerah setempat untuk menyiapkan sistem peringatan dini regional.

Di seberang perbatasan di Zimbabwe, lebih dari 20 gajah mati ditemukan antara taman nasional Hwange dan Air Terjun Victoria pada bulan Agustus, dengan kekhawatiran bahwa kedua insiden tersebut dapat dikaitkan.

Pihak berwenang saat ini percaya kematian ini disebabkan oleh infeksi bakteri. (Serambinews.com/Syamsul Azman)

Muhyiddin Yassin Tegaskan Masih PM Malaysia yang Sah, Minta Anwar Ibrahim Membuktikan Klaimnya

Pelanggar Perbup Prokes Covid Masih Dikenakan Sanksi Sosial belum Dijerat Denda, Ini Alasannya

VIDEO VIRAL Foto KTP Gadis Cantik, Ternyata Pemotretan Dilakukan Setelah Bangun Tidur

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved