Luar Negeri

Miliki Puluhan Senjata, Seorang Petani di Australia Dijebloskan ke Dalam Penjara

Selama wawancara dengan polisi, pengadilan mendengar, Weaver berpikir mengumpulkan senjata adalah ide yang bagus untuk bertahan dari ancaman.

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
ABC News
Roger Byron Weaver berusia 58 tahun, telah dijatuhi hukuman empat tahun empat bulan penjara dengan masa bebas bersyarat dua tahun tujuh bulan akibat menyimpan senjata ilegal. 

SERAMBINEWS.COM - Seorang pria dipenjara karena menyimpan lebih dari 30 senjata yang tidak terdaftar, di perdesaan Adelong, Australia.

Pria yang berprofesi sebagai seorang petani ketahuan menimbun senjata, ia beralasan menyimpan senjata tersebut untuk mencegah adanya ancaman.

Akibat tindakannya, menyimpan senjata ilegal, ia dijatuhi hukuman penjara.

Melansir dari ABC News, Rabu (23/9/2020), Roger Byron Weaver berusia 58 tahun, telah dijatuhi hukuman empat tahun empat bulan penjara dengan masa bebas bersyarat dua tahun tujuh bulan.

Ia memiliki 31 senjata api tidak terdaftar, termasuk tujuh senjata terlarang dan satu pistol.

Pengadilan Distrik Wagga Wagga, mendengar penjelasan polisi yang menyita senjata dari properti pria berusia 58 tahun di Adelong pada Agustus 2019.

Salah satu senjata yang disimpan Roger Byron Weaver
Salah satu senjata yang disimpan Roger Byron Weaver (ABC News)

Diduga Terpapar Covid-19, Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe Meninggal di RSU Cut Meutia   

Ilmuwan Belanda Ciptakan Peti Mati dari Jamur, Mengubah Tubuh Manusia Jadi Pupuk Tanaman

Penjualan Anjlok karena Pandemi Corona, Penjual Cincin Batu Giok di Lhokseumawe Ini Tetap Bertahan

Polisi menerima informasi dari seseorang yang mengenal Weaver, terkait kepemilikan senjata ilegal.

"Di dalam kotak logam besar, polisi menemukan 31 senjata api yang tidak terdaftar termasuk revolver enam peluru yang terisi penuh.

"Satu shotgun bermuatan, satu shot gun bermuatan gergajian dan sebuah senapan bermuatan yang dilengkapi dengan peredam," kata Hakim Gordon Lerve.

Selama wawancara dengan polisi, pengadilan mendengar, Weaver berpikir mengumpulkan senjata adalah ide yang bagus untuk bertahan dari ancaman.

"Saya percaya pada ancaman eksternal terhadap saya, terhadap negara," kata Weaver kepada polisi.

"Ini mungkin cara pandang ekstrim yang konyol, tapi itu terjadi di seluruh dunia di mana negara-negara diambil alih, komunitas diambil alih, kemudian warga sipil harus membantu polisi dan Angkatan Darat menyelamatkan negara.

"Saya bukan pemberontak, saya bukan teroris, saya bukan aktivis, sepertinya ide yang bagus untuk mengumpulkan senjata-senjata tersebut," katanya.

Gatot Nurmantyo Kaitkan Pergantian Dirinya Sebagai Panglima TNI dengan Film G30S, Ini Respon Istana

Indonesia Resmi Dinyatakan Resesi, Dua Negara Asia Ini Malah Alami Kenaikan Ekonomi, Kok Bisa?

Sebanyak 32 saksi diajukan ke pengadilan.

"Saksi-saksi berasal dari berbagai lapisan masyarakat, baik yang berasal dari Adelong, maupun masyarakat dari daerah lain yang mengenal pelaku selama bertahun-tahun," kata Hakim Lerve.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved