Berita Aceh Singkil
Warung Penjual Lompong Sagu, jadi Buruan Pejabat Bernostalgia Makanan Khas Singkil
"Saya rindu menikmati lompong sagu. Begitu mendengar dari kawan ada warung yang menyediakan, langsung kemari," kata Safriadi anggota DPRK Aceh Singkil
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
Selain Oyon, pejabat lain silih berganti datang untuk mengobati rindu makan lompong sagu.
Seperti Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Aceh Singkil, M Najur dan Camat Gunung Meriah, Johan Fahmi diantara pejabat yang jadi pelanggan lompong sagu yang dijajakan warung Sinanggel 580.
• Dua Pengawai Kantor Keuangan Gayo Lues Positif Covid-19
Lompong sagu, kudapan khas Aceh Singkil ini, terbuat dari tepung sagu dibungkus daun pisang dan dimasak dengan cara dipanggang.
Dulu makanan ini disajikan dalam acara adat, hari besar keagamaan, serta makanan kesukaan para raja Singkil.
Raja-raja Singkil, dikenal dengan istilah raja Si Enam Belas yaitu 16 kerajaan yang mendiami pinggir sungai.
Delapan di pinggir sungai Lae Cinendang dan delapan lagi di pinggir sungai Lae Soraya.
Pada medio 90-an, lompong sagu menjadi kudapan yang dijajakan di warung-warung kecil yang disantap sambil menyeruput kopi.
Seiring perubahan zaman, lompong sagu sulit didapatkan.
Bahan baku utama lompong sagu dari tepung sagu.
Tepung sagu ini berasal dari pohon rumbia yang tumbuh subur di daerah pinggiran sungai Singkil.
Agar memiliki cita rasa lezat, tepung sagu dicampur gula dan garam.
Setelah itu, dibungkus daun pisang lalu dipanggang hingga matang.
Memanggang lompok sagu tidak sembarangan.
Ada cara khusus, yaitu menggunakan sabut atau batok kelapa.
Bahan bakar itu memberikan aroma khas.