Kilas G30S PKI

Kisah Burhan Kapak, Berani Bantai Orang Komunis Usai G30S/PKI, Tekad Membunuh Sebelum Dibunuh

Salah satu sosok yang menjadi algojo eksekusi anggota PKI usai peristiwa G30S/PKI 1965.

Editor: Faisal Zamzami
Foto Wikipedia/Istimewa
Eksekusi Anggota PKI- Cerita Burhan Kapak jadi eksekutor PKI usai G30S PKI 965. 

Ia menuturkan bahwa hampir setiap hari, para anggota dan simpatisan PKI menggelar demonstrasi di Malioboro dan tempat-tempat strategis di Yogyakarta.

Kebencian Burhan memuncak setelah mendengar pidato Ketua Comite Central (CC) PKI, Dipa Nusantara Aidit yang menyinggung organisasi HMI.

Kongres III CGMI yang diadakan pada 29 September 1965 mengatakan "kalau CGMI tak mampu menyingkirkan HMI dari kampus, sebaiknya mereka sarungan saja".

Ketika peristiwa G30S meletus, Burhan mengaku sering melakukan perlawanan terhadap orang-orang PKI dan simpatisannya.

Terkhusus ia menyebut melakukan perlawanan setelah kedatangan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ke Yogyakarta pada bulan Oktober 1965 di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

CEK DI SINI Kelulusan Kartu Prakerja Gelombang 10, Akankah Gelombang 11 Dibuka? Simak Penjelasannya

Jet Tempur Turki Dituduh Terjun ke Medan Perang, Armenia Ancam Gunakan Rudal Iskander Buatan Rusia

Ia menuturkan, operasi penumpasan anggota PKI dan simpatisannya ia lakukan bersama tentara.

Burhan mengaku diminta membuat pagar betis, lalu tentara yang melakukan operasi.

Ia menambahkan, "karena masyarakat dan organisasi Islam juga menaruh dendam, kami pun sering bergerak sendiri".

Saat melakukan penumpasan, Burhan berposisi sebagai staf satu, Laskar Ampera Aris Margono dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).

Ia mengaku telah mendapat "License to kill".

Diakui olehnya, terdapat 10 orang yang diberi pistol, kemudian dilatih di Kaliurang, Yogyakarta.

Pistol yang ia dapatkan adalah pistol berjenis FN yang ia dapatkan dari tentara sekitar bulan November 1965.

Burhan mengaku bahwa ia sering kembali ke markas Kostrad yang saat itu bertempat di Gedung Wanitatama, di Yogyakarta untuk meminta peluru.

Di wilayah Yogyakarta, Burhan menggelar operasi untuk mencari anggota, tokoh, maupun simpatisan PKI.

Operasi yang ia lakukan hampir setiap hari ini dimulai pada akhir 1965 hingga pertengahan tahun 1966.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved