Kisah The King of Ratoh Jaroe, Pernah tak Makan dan Jadi Tukang Cuci Mobil
Yusri Saleh alias Dekgam, yang mendapat julukan The King of Ratoh Jaroe, pernah jadi tukang cuci mobil untuk memenuhi kebutuhan perut....
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Yusri Saleh alias Dekgam, yang mendapat julukan The King of Ratoh Jaroe, pernah jadi tukang cuci mobil untuk memenuhi kebutuhan perut. Ia juga pernah digertak preman Terminal Pulogadung saat tiba dari Banda Aceh.
Kisah duka itu disampaikan Dekgam dalam “BincangBudaya SerambiPodcast” yang ditayangkan Live melalui sosial media Serambi Group, Rabu (7/10/2020).
“saya pernah tidak makan, karena gak ada uang,” katanya mengenang peristiwa pahit yang dialaminya saat tiba di Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta, pada 1999 silam.
Ia datang ke Jakarta berbekal tekad mengubah nasib. Ia membawa sebuah rapai, alat musik tradisional Aceh. Ia datang dengan menumpang bus umum, berangkat dari Terminal Seutui Banda Aceh dan tiba di Terminal Pulo Gadung Jakarta.
Dekgam, awalnya merasa “ngeri datang ke Jakarta” sebab ia mendengar banyak cerita, bahwa sekejam-kejam ibu tiri lebih kejam ibukota. “Terus terang saya takut sekali. Buktinya begitu sampai di Pulogadung langsung kena gertak,” ceritanya sambil tertawa.
• Mahasiswa Apresiasi Keseriusan Pemerintah Aceh Selesaikan Status Kepemilikan Asrama
• Pulang dari Pendidikan, 41 Anggota TNI Positif Corona, Status Kabupaten Berubah Jadi Zona Merah
• TNI AL dan Pasukan Beladiri Jepang Adu Kekuatan Armada Perang di Laut Natuna Utara
Di Jakarta ia menumpang tidur di Kantor Perwakilan Aceh di Jalan Indramayu, Menteng. Ia tidur di sofa ruang tamu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia menyediakan tenaga sebagai pencuci mobil karyawan kantor itu. “Sehari dapat 20 ribu. Alhamdulillah, bisa untuk makan,” kisah Dekgam.
Kisah pahit ini ia lalui dengan tabah selama beberapa bulan. Sampai kemudian kepala kantor, ketika itu dijabat Ridwan Ahmad, memanggilnya ke ruangan dan menanyakan maksud tujuan ke Jakarta. Dekgam menjawab mau mencari kerja. Saat ditanya ia lulusan apa, dijawab lulusan SMA.
“Di sini lulusan S2 saja sulit mendapat kerja,” kata Ridwan Ahmad. Tapi Dekgam menyebutkan ia punya keahlian sebagai pelatih tari Aceh. Mengetahui hal itu, Dekgam kemudian diminta melatih tari di Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah, yang ketika itu sedang mempersiapkan mengikuti Festival Tari Tradisi.
“Senin sampai Jumat saya kerja sebagai tukang bersih-bersih kantor. Sabtu minggu mengajar tari di Taman Mini,” ujar Dekgam.
Kontingen Provinsi Aceh berhasil meraih juara 2 dalam festival Tari Tradisi tersebut. Juara 1 Papua. Dekgam ternyata mendapat perhatian dari Pembina kesenian di Jakarta dan menawarkannya melatih tari Aceh di SMA Negeri 70.
“itulah awalnya saya mengajar di sekolah. Dalam festival tari yang diselenggarakan Universitas Paramida, SMA 70 meraih juara 2. Dan itulah kali pertama Tari Ratoh Jaroe dipertunjukan dan menang festival,” ujar Dekgam.
Sejak itu, Ratoh Jaroe menemukan tempat di hati para remaja putri Jakarta. Awalnya dipandang sebelah mata, kemudian jadi tari favorit di Jakarta.
“Semoga apa yang saya alami ini menjadi pemicu dan pelecut semangat kita untuk lebih berkembang,” ujarnya.