Peneliti: Ledakan Dahsyat Lebanon Salah Satu yang Terparah dalam Sejarah, Hancurkan Kota Beirut

Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut meledak tiba-tiba, dan menyebabkan 200 orang meninggal dunia dan 6.000 lain

Editor: Faisal Zamzami
AP PHOTO/Hussein Malla
Api mengepul dari pelabuhan di Beirut, Lebanon, pada 10 September 2020. Kepanikan terjadi akibat insiden kebakaran itu, yang mengingatkan publik akan dua ledakan yang mengguncang pada Agustus lalu, dan menewaskan ratusan orang. (AP PHOTO/Hussein Malla) 

SERAMBINEWS.COM - Masih ingatkan Anda dengan ledakan di kota Beirut, Lebanon, pada bulan Agustus lalu?

Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut meledak tiba-tiba, dan menyebabkan 200 orang meninggal dunia dan 6.000 lainnya luka-luka.

Tidak hanya itu, gelombang kejut yang diakibatkan oleh ledakan tersebut juga merusak gedung-gedung di Beirut dan membuat 300.000 orang kehilangan rumah mereka.

Sebuah studi baru kini mengungkapkan bahwa kekuatan ledakan yang menghancurkan kota Beirut tersebut adalah salah satu ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah manusia.

Pasalnya, menurut perhitungan para peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal Shock Waves, ledakan Lebanon setara dengan 500-1.120 ton TNT atau 3-7 persen ledakan bom atom Hiroshima, yang kekuatannya mencapai 15.000 ton TNT.

 Para peneliti dari Blast and Impact Engineering Research Group di University of Sheffield yang dipimpin oleh Sam Rigby mendapatkan perkiraan ini setelah menghitung kecepatan dampak ledakan mencapai berbagai lokasi di Beirut.

Caranya dengan melihat 16 video berkualitas tinggi yang dipublikasikan di media sosial.

Tentunya pemilihan ke-16 video tersebut tidak sembarangan.

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, termasuk penampakan langsung ledakan, penunjuk lokasi yang jelas, audio yang sinkron dengan video, penampakan gudang sebelum meledak dan video berakhir setelah gelombang kejut tiba.

Secara total, Rigby dan tim berhasil mengidentifikasikan 38 lokasi di Beirut yang terdampak oleh ledakan dan gelombang kejut.

Mereka lantas membandingkan waktu ketibaan gelombang kejut dengan jarak lokasi dari gudang yang meledak.

Hasilnya, ledakan Beirut paling tidak setara dengan 500 ton TNT dan bisa mencapai 1,12 kiloton TNT.

Energi yang dilepaskan oleh ledakan itu juga mencapai 1 GWh, dan cukup untuk menghidupkan listrik 100 rumah selama setahun penuh.

Alhasil, tim peneliti pun menyebut ledakan Beirut sebagai "salah satu ledakan non-nuklir terbesar yang pernah tercatat (dalam sejarah manusia)".

Tim peneliti pun berharap agar studi yang mereka lakukan dapat digunakan sebagai referensi bila hal serupa terjadi di masa depan, misalnya untuk membantu memperhitungkan kerusakan struktural pada berbagai jarak dari titik nol.

BUMN Telkom Group Buka Lowongan Kerja Besar-besaran Bulan Oktober 2020, Cek Syarat dan Posisi

VIRAL VIDEO - Donald Trump Terekam Sulit Bernapas saat Kembali ke Gedung Putih

Bagaimana Amonium Nitrat Menghancurkan Kota?

 Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) malam menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai sedikitnya 4.000 orang.

Banyak yang beranggapan, ledakan itu disebabkan oleh gunang penyimpanan amonium nitrat dalam jumlah besar.

Ledakan awal menyulut api, sementara ledakan kedua menyebabkan awan jamur apokaliptik dan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh kota.

Ledakan ini meratakan bangunan dan melukai ribuan orang.

Amonium nitrat, yang digunakan dalam pupuk dan pembuatan bom, adalah garam yang terbuat dari amonium dan asam nitrat dan sangat mudah meledak.

Semakin banyak amonium nitrat, atau NH4-NO3, semakin besar daya ledaknya.

Ada banyak laporan, amonium nitrat ini disimpan di pelabuhan.

Dalam pemberitaan The Washington Post, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab bahkan mengatakan ada lebih dari 2.900 ton amonium nitrat disimpan di pelabuhan sejak 2014.

Diab juga mengatakan pejabat pelabuhan telah memperingatkan bahaya menyimpan begitu banyak bahan kimia peledak di pelabuhan.

Amonium nitrat sering ditambahkan untuk meningkatkan kandungan nitrogen pupuk.

Ini relatif stabil dalam banyak kondisi dan tidak mahal untuk diproduksi, membuat bahan kimia tersebut menjadi alternatif populer untuk sumber nitrogen lain yang lebih mahal.

Namun, amonium nitrat memiliki potensi kerugian yang mematikan.

Senyawa ini dianggap sebagai pengoksidasi, yang berarti pada tingkat atom, ia menghilangkan elektron dari zat lain dalam reaksi kimia.

Artinya dalam arti yang lebih praktis adalah meningkatkan pembakaran bahan bakar dengan meningkatkan oksigen yang tersedia untuk bahan bakar tersebut.

Untuk memulai reaksi, amonium nitrat harus bersentuhan dengan nyala api terbuka atau sumber penyulutan lainnya.

Dalam insiden di Beirut, Lebanon, para ahli mengatakan begitu reaksi dipicu, amonium nitrat meledak dengan hebat.

 Gaya ledakan terjadi ketika amonium nitrat padat terurai dengan sangat cepat menjadi dua gas, dinitrogen oksida dan uap air.

Kekuatan ledakan dari ledakan Beirut itu memicu gelombang kejut yang menyebar ke seluruh kota, menyebabkan kehancuran yang oleh beberapa saksi dibandingkan dengan ledakan bom nuklir di Hiroshima.

Banyak yang mengatakan, asap mengepul di udara hingga Rabu (5/8/2020), muncul kawah luas akibat ledakan, tumpukan puing berserakan di seluruh kota, seluruh bangunan tinggal kerangka.

Dan pada video yang dibagikan secara online, petugas penyelamat terdengar mencari siapa saja yang terperangkap di bawah puing-puing.

Awan jamur oranye yang meletus tepat setelah ledakan dapat dikaitkan dengan gas nitrogen dioksida beracun yang terbentuk setelah ledakan dengan nitrat, The Associated Press melaporkan.

Ini bukan pertama kalinya amonium nitrat terlibat dalam bencana mematikan. Kecelakaan industri paling mematikan dalam sejarah AS terjadi di pelabuhan Texas City, Texas, pada tahun 1947.

Rokok yang dibuang sembarangan memicu kebakaran di atas kapal yang membawa sekitar 2.300 ton (2.086.000 kg) amonium nitrat yang dikemas dalam karung kertas.

Ketika bahan kimia tersebut meledak, itu menyebabkan ledakan yang cukup kuat untuk melemparkan benda hingga 16 kilometer jauhnya.

 Ledakan itu juga menyebabkan reaksi berantai ketika kapal di dekatnya, yang juga membawa amonium nitrat meledak, menyebabkan kebakaran di tangki kimia dan kilang minyak di dekat pelabuhan.

Diperkirakan 581 orang tewas dalam bencana tersebut. Menurut laporan The Associated Press, para ahli berpendapat bahwa percikan api berasal dari api awal yang mungkin tersimpan di pelabuhan.

Tanda-tanda ledakan Boaz Hayoun, pendiri dan pemilik Tamar Group, sebuah perusahaan Israel yang terlibat dalam masalah keselamatan dan sertifikasi yang melibatkan bahan peledak, menjelaskan tanda-tanda ledakan.

"Sebelum ledakan besar, Anda dapat melihat di tengah api ada percikan api. Anda dapat mendengar suara seperti popcorn dan Anda dapat mendengar suara seperti peluit," kata Hayoun.

"Ini adalah ciri yang sangat spesifik, dari visual, suara, dan transformasi dari pembakaran lambat menjadi ledakan besar," imbuhnya seperti diberitakan The Associated Press.

Amonium nitrat menjadi salah satu bahan kimia tersebut digunakan lagi dalam pemboman klub malam tahun 2002 di Bali yang menewaskan 204 orang.

Dilansir Live Science, Rabu (5/8/2020), karena bahaya dan potensi penggunaannya oleh teroris, penggunaan amonium nitrat diatur sangat ketat di banyak negara.

Miliki Kandungan Gula Tinggi, Ini 3 Jenis Buah yang Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita Diabetes

Sudah Terinfeksi Corona, Donald Trump Masih Remehkan Covid-19, Sebut Kurang Mematikan daripada Flu

Unimal Optimalkan Fasilitas Perkuliahan e-Learning Selama Pandemi Covid-19

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Buktikan, Ledakan Lebanon Salah Satu yang Terparah dalam Sejarah",

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved