Luar Negeri
Taiwan Tambah Anggaran Militer Capai Rp 18 Triliun, Tapi Belum Cukup untuk Lawan Serangan China
Penambahan belanja pertahanan Taiwan meningkat pesat hingga 1,25 miliar dollar AS (Rp 18 triliun), namun dinilai masih kurang tangguh untuk menghadapi
Dia mengatakan AS mendorong Taiwan untuk berinvestasi dalam "sejumlah besar kemampuan kecil" yang akan menandakan bahwa " invasi atau serangan tidak akan datang tanpa biaya yang signifikan."
Investasi tersebut seperti rudal jelajah pertahanan pantai sebanyak mungkin dan kemampuan lain untuk membantu mempertahankan daerah pesisir dan pantai, termasuk pertahanan udara jarak pendek, ranjau laut, kapal serang cepat, artileri swagerak, dan aset penginderaan yang canggih.
Helvey juga mengatakan Taiwan perlu memperkuat pasukan cadangannya dengan pelatihan yang juga diperkuat.
Bulan lalu, seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa AS berencana untuk menjual sebanyak tujuh sistem alat utama sistem pertahanan ( alutsista) termasuk ranjau, rudal jelajah, dan drone ke Taiwan.
• Maci Currin, Remaja Asal Amerika Pemilik Kaki Terpanjang di Dunia, Menyabet Dua Rekor Sekaligus
• Puskesmas Gunung Meriah Kembali Dibuka, Sempat Tutup Akibat Pegawainya Terpapar Covid-19
Taiwan Desak China Mundur
Taiwan menuntut China agar "mundur" dan menuduhnya mengancam perdamaian.
Pernyataan itu dikeluarkan Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu pada Selasa (22/9/2020) setelah seorang pejabat Beijing menolak perbatasan laut yang dihormati antara Taiwan dan China.
Wu mendesak Beijing untuk "kembali ke standar internasional yang beradab" setelah seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan tidak ada yang disebut garis tengah di Selat Taiwan.
Dia menyebut garis tengah Selat Taiwan tidak ada karena menganggap Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari China sebagaimana dilansir dari AFP.
Wu mengatakan, garis tengah tersebut telah menjadi simbol untuk mencegah konflik militer dan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan selama bertahun-tahun.
“Komentar Kementerian Luar Negeri China setara dengan menghancurkan status quo,” kata Wu kepada wartawan.
"Saya menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengutuk PKC (Partai Komunis China) karena kata-kata dan perbuatannya yang berbahaya dan provokatif yang mengancam perdamaian ... China harus mundur," tambah Wu melalui akun Twitter-nya.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Dan jika diperlukan, Beijing mengatakan akan menggunakan kekerasan.
Namun Taiwan berkeras menyatakan diri sebagai negara merdeka dan telah memiliki pemerintahan sendiri selama lebih dari tujuh dekade.