Tepat 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-Maruf: Segini Pertambahan Utang Luar Negeri Indonesia
Hari ini tepat 1 tahun pemerintahan Jokowi-Maruf atau periode kedua kepemimpinan Jokowi.Satu di antara sejumlah masalah yang disorot adalah soal Utang
Jadi, kalau dilihat semua negara terjadi kenaikan utang sangat tinggi, bahkan Jerman yang dikenal sangat hati-hati juga merasakannya.
Jerman, lanjut Sri Mulyani, merupakan negara yang paling hati-hati dan konservatif dalam mengelola utang, tapi rasionya melonjak dari 59 persen menjadi 73 persen terhadap PDB.
Beralih ke sekitar wilayah Asia, rasio utang negara tetangga Indonesia yakni Malaysia naik dari 57 persen ke 67 persen atau melesat hampir 10 persen.
Selain itu, rasio utang China juga melonjak dari 52 persen ke 61 persen dan Thailand meningkat hampir 10 persen dari 41 persen ke 50 persen.
Eks direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, urutan kedua dari bawah dalam tabel versinya yakni Filipina yang rasio utangnya melonjak hampir 11 persen yaitu dari 37 persen ke 48 persen.
Sebagai perbandingan, Sri Mulyani menempatkan Indonesia jadi urutan paling kecil rasio utangnya yakni dari 30,5 persen pada 2019 ke 38,5 persen pada 2020.
"Indonesia juga mengalami tekanan yang sama karena kita melakukan counter cyclical. Jadi, memang tema yang paling besar dari kondisi ini dan pasca Covid-19 adalah bagaimana negara-negara mampu untuk melakukan kembali konsolidasi fiskal," pungkasnya.
Daftar 10 Negara Pengutang Terbesar di Dunia
Bank Dunia merilis data utang luar negeri dari 120 negara-negara dengan berpendapatan rendah hingga sedang dalam International Debt Statistics (IDS) 2021.
Data World Bank mencatat, jumlah arus keuangan baik utang luar negeri dan modal asing di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tahun 2019 hanya mencapai US$ 909,7 miliar.
Jumlah tersebut merosok 14,25% dibanding posisi tahun 2018.
Utang luar negeri tercatat mengalami penurunan paling besar mencapai 28,03% menjadi US$ 382,8 miliar.
Sedangkan arus modal asing ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tahun 2019 hanya turun 0,4% menjadi US$ 526,9 miliar.
Penurunan utang luar negeri ini terutama disebabkan oleh kontraksi yang parah dalam arus masuk utang jangka pendek, yang turun 86% menjadi US$ 30 miliar dari $ 219 miliar pada tahun 2018.
Sebagian besar penurunan dapat dikaitkan dengan penurunan tajam dalam aliran utang jangka pendek ke China, yang berubah menjadi negatif (- US$ 14 miliar) pada tahun 2019.