Breaking News

Internasional

Jepang Tolak Kesepakatan Nuklir PBB yang Ditandatangani 50 Negara, Ini Penyebabnya

Pemerintah Jepang, Senin (26/10/2020) mengatakan tidak akan menandatangani perjanjian PBB yang melarang senjata nuklir mulai tahun depan.

Editor: M Nur Pakar
Kyodo News
Anggota kelompok penyintas Bom Atom berkumpul, memegang spanduk menyerukan kepada pemerintah Jepang untuk meratifikasi Perjanjian Larangan Senjata Nuklir, dengan latar belakang Kubah Bom Atom, di Hiroshima, Jepang barat, Minggu (25/10/2020). 

SERAMBINEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang, Senin (26/10/2020) mengatakan tidak akan menandatangani perjanjian PBB yang melarang senjata nuklir mulai tahun depan.

Pemerintah juga menolak keinginan para penyintas bom atom yang mendesak pemerintah untuk bergabung dan bekerja untuk dunia bebas nuklir.

PBB mengkonfirmasi pada Sabtu (24/10/2020) bahwa 50 negara telah meratifikasi Perjanjian Larangan Senjata Nuklir, membuka jalan untuk berlakunya dalam 90 hari, lansir AP, Senin (26/10/2020).

Pengumuman itu dipuji oleh aktivis anti-nuklir, tetapi perjanjian itu ditentang keras oleh Amerika Serikat dan kekuatan nuklir utama lainnya.

Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengatakan Jepang memiliki tujuan yang sama untuk mencapai dunia bebas nuklir, tetapi tidak berpikir perjanjian itu adalah jalan yang harus ditempuh.

Baca juga: FOTO - Kunjungan Suga Ke Indonesia Untuk Pertama Kalinya Sejak Resmi Menjabat Sebagai PM Jepang

"Pendekatan Jepang berbeda dari perjanjian, dan tidak ada perubahan pada posisi kami untuk tidak menandatanganinya, seperti yang telah kami katakan," kata Kato kepada wartawan, Senin (26/10/2020).

"Kami ragu apakah dukungan tumbuh bahkan di antara negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir, apalagi negara-negara yang memiliki senjata nuklir," ujarnya.

Jepang telah mengatakan tidak realistis untuk mengejar perjanjian dengan kekuatan nuklir dan negara-negara bersenjata non-nuklir yang terpecah belah.

Kato mengatakan, Jepang telah memilih untuk menjadi jembatan untuk mempersempit jarak antara kedua sisi.

Ditanya apakah Jepang setidaknya menyambut baik perjanjian yang berlaku tahun depan, Kato hanya mengulangi posisi Jepang.

Jepang telah memutuskan untuk tidak menandatangani perjanjian tersebut meskipun itu adalah satu-satunya negara di dunia yang menderita serangan nuklir dan telah meninggalkan trauma.

Jepang menampung 50.000 tentara Amerika dan dilindungi oleh payung nuklir AS.

Baca juga: TNI AL dan Pasukan Beladiri Jepang Adu Kekuatan Armada Perang di Laut Natuna Utara

Pakta keamanan pasca-Perang Dunia II dengan AS juga memperumit upaya untuk membuat Jepang menandatangani perjanjian tersebut.

Jepang ingin memperkuat militernya sendiri untuk menghadapi ancaman yang dirasakan dari Korea Utara dan China.

“Kami perlu menanggapi ancaman keamanan saat ini dengan tepat, dengan mempertahankan atau memperkuat pencegahan kami dan kami harus realistis dalam mempromosikan perlucutan senjata nuklir," kata Kato.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved