Kupi Beungoh

Muslahuddin Daud dan Bayangan Kebangkitan Aceh

Sebuah tanda tanya muncul: Siapakah yang akan menjadi Wakil Gubernur Aceh untuk mendampingi Nova Iriansyah dalam sisa durasi 2017-2022?

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Penulis Hasan Basri bersama Ketua PDIP Aceh Muslahuddin Daud. 

Padahal, PDIP adalah salah satu partai yang ikut mengusung pasangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah pada Pilkada Aceh 2017, meski kala itu PDIP tidak ada kursi di DPR Aceh.

Karenanya, tidak tertutup kemungkinan jika Muslahuddin bisa saja menjadi "kuda hitam" dalam proses suksesi cawagub Aceh sisa masa jabatan 2017-2022 ini.

Baca juga: Fraksi PPP DPRA Harap Partai Pengusung Segera Ajukan Calon Wakil Gubernur Aceh Usai Pelantikan Nova

Baca juga: Kemendagri Surati Ketua DPRA Minta Siapkan Tempat Pelantikan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah

Mengintip Peluang Muslahuddin

Nah, saya hendak mengulas peluang Aceh berbenah dan bangkit melalui figur Muslahuddin Daud jika dia ditetapkan sebagai wakil gubernur.

Sebagaimana kandidat lain dari partai pengusung Irwandi – Nova (Inova) dalam Pilkada 2017, Muslahuddin Daud juga memiliki peluang untuk mengisi mobil BL 2.

Dia adalah Ketua DPD I PDIP Aceh yang ikut mengusung pasangan Inova bersama PNA, PD, PKB dan PDA.

Dalam amatan saya, terdapat sejumlah keuntungan jika Muslahuddin Daud menjadi wakil gubernur Aceh.

Pertama, tokoh muda dan enerjik ini sudah teruji dalam pengabdian di sektor pertanian dan perkebunan.

Dua sektor ini sangat dekat dengan masyarakat Aceh, terutama yang bermukim di pedesaan.

Diperkirakan lebih 70 persen masyarakat Aceh berprofesi sebagai petani dan ada di desa-desa.

Muslahuddin membeli sekitar 20 hektare (200 ribu meter) lahan perkebunan di Lamteuba, Aceh Besar, dan memperkenalkan perkebunan modern untuk Aceh, seperti bawang, pepaya, pisang, lemon, alpukat, pinang, dan lain-lain.

Tidak cilet-cilet, hasil dari kebunnya sudah mulai dipasarkan ke Medan.

Muslahuddin menjadi sosok yang berani melawan tradisi Aceh yang sangat tergantung pada Medan dalam kebutuhan dasar.

Pesan yang dapat ditangkap dari kerja nyata Muslahuddin di Lamteuba adalah tidak sulit mewujudkan Aceh yang mandiri pangan.

Adalah tidak mustahil untuk memutus mata rantai ketergantungan sembako pada Medan, jika ditangani secara serius dan kompak antara petani dengan pemerintah.

“Jika di Aceh terdapat 2 juta KK dan setiap KK membutuhkan 0,5 ons bawang merah per hari, maka Aceh memerlukan bawah 1.500 ton bawang per bulan. Selama ini lebih 70 persen bawang di Aceh dipasok dari luar. Ini adalah sektor sangat potensial. Ini belum kita bicara kebutuhan telur ayam yang saban hari dipasok dari luar,” kata Muslahuddin dalam sebuah diskusi ala rakyat di sebuah warkop di Samahani, beberapa hari lalu.

Sejak menjadi petani, Muslahuddin mengaku telah melatih sebanyak 6.000 calon petani di areal kebun miliknya di Lamteuba.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved