Luar Negeri

Tak Pakai Ahli Penerjemah, Australia Gunakan Google Translate untuk Terjemahkan Informasi Corona

Berdasarkan bukti tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Australia telah mengenyampingkan ahli penerjemah resmi negara itu.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Kolase ABC Indonesia/history.com.
Tak Pakai Ahli Penerjemah, Australia Gunakan Google Translate Sebagai Penerjemah Informasi Corona 

Contohnya, hendak mengatakan 'tetap tinggal di rumah' tetapi malah jadi 'jangan tinggal di rumah'," sambungnya

Memalukan dan tidak dapat dipercaya

Melansir ABC News, Kamis (19/11/2020), Kemendagri Australia mengatakan bahwa mereka berlangganan Google Translate untuk membantu menerjemahkan situsnya di masa pandemi

 Itu untuk memastikan keberadaan informasi dalam bahasa lain yang bisa diakses masyarakat multikultural secepatnya," kata kementerian itu.

Menteri Urusan Multikultural, Andrew Giles, mengatakan alasan tersebut tidak masuk akal.

"Ini adalah Pemerintah Australia, bukan sebuah organisasi komunitas yang berada di bawah tekanan," katanya.

Menurutnya, tindakan ini sangat memalukan.

Baca juga: Kisah Warga Makassar di Australia, Enggan Pensiun di Umur 70 Tahun Karena Menikmati Pekerjaan

Baca juga: 7 Larangan Paling Aneh di Dunia, Larangan Mengganti Lampu di Australia hingga Bermain Game di Yunani

Ia mengatakan bahwa untuk mencapai hasil penanganan wabah yang sukses, setiap anggota masyarakat harus dapat mengakses petunjuk yang tepat juga.

"Semua orang di Australia tahu kita tidak seharusnya mengandalkan Google Translate untuk menerjemahkan informasi kesehatan publik," tutur Andrew.

"Tidak bisa dipercaya, Kementerian Dalam Negeri memilih layanan ini dibanding layanan penerjemahan yang layak," sambungnya.

Juni 2020 lalu, ABC memberitakan kekhawatiran terhadap cara Pemerintah menangani kelompok migran.

Pemimpin komunitas memberitahukan pada panel dokter dan politisi bahwa keterlibatan mereka dalam penanganan COVID-19 di Australia hanyalah atas dasar 'ad hoc' atau hampir tidak ada sama sekali.

Padahal, kelompok migran, pengungsi, dan lainnya adalah beberapa yang memiliki risiko tertinggi untuk tertular dan menularkan virus tanpa disadari.

Karena mereka adalah golongan yang kemungkinan besar memiliki penyakit parah dan melewatkan informasi kesehatan publik yang penting.

Al-Khafaji mengatakan informasi tidak benar dari Pemerintah Australia berisiko mengurangi rasa percaya masyarakat multikultural, terutama terhadap informasi yang diberikan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved