Gubernur Resmikan Masjid Nurul Hasanah Aceh di Palu

Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, Minggu (22/11/2020), meresmikan berfungsinya Masjid Jami’ Nurul Hasanah Aceh

Editor: hasyim
FOTO-FOTO: HUMAS
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah didampingi Plt Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said yang lebih dikenal dengan Pasha Ungu dan Wagub Sulteng Rusli Dg Palabbi menandatangani prasasti peresmian Masjid Jamik Nurul Hasanah Aceh di Kelurahan Pengawu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Minggu (22/11/2020). Rangkaian peresmian juga ditandai dengan shalat zuhur berjamaah perdana dengan Gubernur Aceh dan rombongan. Shalat diimami Bupati Aceh Barat H Ramli MS dan muazin oleh Pasha Ungu.FOTO-FOTO: HUMAS 

Mengenai milad Nova Iriansyah sempat disinggung oleh Pasha Ungu dalam

sambutannya. “Hari ini meski ada yang disembunyikan oleh kakanda Nova, namun kami sudah tahu bahwa beliau berulang tahun ke-57. Pak Imam nanti kan memimpin doa milad untuk beliau,” ujar Pasha Ungu disambut gemuruh ucapan selamat ulang tahun dari hadirin.

Dalam kunjungan ke Palu kemarin, Gubernur Nova Iriansyah juga dijamu makan malam oleh Wagub Sulteng. Selain itu Gubernur Nova juga bertemu dengan masyarakat Aceh di Palu.

Sedangkan bersamaan dengan peresmian Masjid Nurul Hasanah Aceh, Bupati Aceh Barat H Ramli MS juga melakukan penandatanganan peresmian Balai Pengajian Pesantren Hikmatussunnah, Kelurahan Duyu, Kota Palu. Balai pengajian itu merupakan bantuan Pemkab Aceh Barat dan masyarakatnya sebagai bentuk kepedulian terhadap bencana yang terjadi pada 2018 lalu.

                                                                                                Simbol persahabatan

Masjid Nurul Hasanah Aceh dirancang dan sekaligus dilaksanakan pekerjaannya oleh Dr Ing Andry Widyowijatnoko ST MT yang juga Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB). Andry selaku ketua pelaksana desain dan pembangunan melaporkan, dalam melaksanakan amanah pemerintah dan masyarakat Aceh tersebut dia membentuk tim yang terdiri atas anak-anak muda asal Palu, yaitu Imam Prasetyo ST Mars yang juga mantan mahasiswanya di Program Magister Arsitektur ITB, Ir Rahmat

Kosasi ST IPM, Eko S Danaputra ST, Manggala Idul SSkom, dan Ir Muhammad

Rahmani ST MT.

“Tim inilah yang membantu saya dalam mendesain dan membangun masjid ini, sehingga setiap rupiah yang disumbangkan digunakan semaksimal mungkin untuk keperluan pembangunan masjid,” kata Andry.

Desain masjid ini terinspirasi oleh arsitektur tradisional Sulawesi Tengah dan Aceh dan menyatukannya dalam sebuah pola geometri arsitektur Islam sebagai simbol persahabatan kedua provinsi. Masjid ini menggunakan struktur kayu karena potensi meterial ini sangat besar di Sulawesi Tengah.

Bentang lebar 20x20 meter diselelesaikan dengan struktur lattice yaitu struktur yang terdiri dari tiang-tiang dan balok-balok rapat yang membentuk

bidang-bidang jajaran genjang yang dikombinasikan dengan struktur bidang lipat. Struktur bentang lebar seperti ini didesain agar masjid tidak memiliki kolom yang dapat memotong shaf pada bagian tengahnya.

Waktu pembangunan masjid ini hampir 21 bulan. Empat bulan di antaranya terdapat penundaan pekerjaan akibat perubahan administrasi keuangan. Kendala teknis terbesar adalah konstruksi atap yang didirikan dengan cara manual dengan hanya menggunakan katrol. Balok-balok struktur atap terbuat dari laminasi papan-papan dengan beban balok terberat mencapai lebih dari 1 ton dengan panjang 18 meter. Pekerjaan atap yang serba manual ini memakan waktu hingga 11 bulan.

“Kami sangat beruntung bisa dibantu oleh tukang-tukang lokal yang tidak kenal kata menyerah menerima tantangan ini,” demikian Andry Widyowijatnoko.(nas)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved