Sholat
Ini Jumlah Rakaat Sholat Dhuha Biasa Dikerjakan Nabi Muhammad SAW, Simak Keutamaannya
Tidak ada perselisihan di antara ulama mengenai jumlah rakaat minimal Sholat Dhuha, yakni dua rakaat berdasarkan hadis-hadis
Tidak ada perselisihan di antara ulama mengenai jumlah rakaat minimal Sholat Dhuha, yakni dua rakaat berdasarkan hadis-hadis
SERAMBINEWS.COM - Sholat dhuha dianjurkan dilaksanakan bagi ummat muslim.
Salah satu keutamaannya dimudahkan rezeki dan penghapus dosa.
Sholat dhuha adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW.
Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu Dzuhur.
Jumlah rakaat Shalat Dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.
Tidak ada perselisihan di antara ulama mengenai jumlah rakaat minimal Sholat Dhuha, yakni dua rakaat berdasarkan hadis-hadis yang menyebutkan keutamaan Sholat Dhuha.
Baca juga: Unsyiah Masuk dalam 30 Daftar Universitas Terbaik di Indonesia Tahun 2021, Berikut Data Lengkapnya
Baca juga: Aparatur Desa di Aceh Utara Serbu Kantor DPRK, Tuntut Jangan Potong Gaji 50 Persen Pada Tahun 2021
Baca juga: VIDEO - JEMBATAN CANAKKALE, Jembatan Gantung Terpanjang di Dunia yang Hubungkan Asia & Eropa
Namun, mereka berbeda pendapat tentang berapakah jumlah rakaat maksimal Sholat Dhuha.
Dalam hal ini setidaknya ada tiga pendapat:
Pertama, jumlah rakaat maksimal adalah delapan rakaat. Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali.
Dalil yang digunakan madzhab ini adalah hadis Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
Kedua, rakaat maksimal adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anas radhiallahu’anhu
من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة
“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).
Ketiga, tidak ada batasan maksimal untuk Sholat Dhuha. Pendapat ini yang dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi.