Internasional
PM Ethiopia Klaim Kemenangan, Pemimpin Pemberontak Tigray Sebut Perang Belum Selesai
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memuji pasukannya karena menggulingkan gerakan pemberontak utara.
SERAMBINEWS.COM, ADDIS ABABA - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memuji pasukannya karena menggulingkan gerakan pemberontak utara di Tigray.
Tetapi pemimpin pemberontak TPFL mengatakan masih melawan di tengah kekhawatiran akan konflik gerilya yang berkepanjangan.
Perang selama hampir sebulan telah menewaskan ratusan dan mungkin ribuan orang, mengirim pengungsi ke Sudan, menjerat Eritrea, dan memicu persaingan di antara berbagai kelompok etnis Ethiopia.
Dilansir Reuters, Selasa (1/12/2020), pasukan federal merebut ibu kota regional Mekelle pada akhir pekan dan menyatakan kemenangan atas Tigray People's Liberation Front (TPLF).
Sebuah gerakan gerilya yang berubah menjadi partai politik yang mendominasi pemerintah nasional selama hampir tiga dekade hingga 2018.
Baca juga: Pasukan Ethiopia Rebut Ibu Kota Tigray, Pimpinan TPLF Jadi Buronan
"Konstitusi kami diserang tetapi tidak butuh waktu tiga tahun, kami butuh tiga minggu," kata Abiy kepada parlemen, membandingkan serangannya dengan Perang Saudara Amerika tahun 1860-an.
"Tentara kami disiplin dan menang," kata Abiy.
Meskipun TPLF mengatakan Mekelle telah dibombardir, Abiy mengatakan pasukannya tidak menggunakan roket dan tidak menewaskan satu warga sipil di Tigray sejak memulai serangan.
Meskipun kota dataran tinggi berpenduduk 500.000 orang itu akhirnya jatuh dengan sedikit perlawanan, TPLF mengatakan telah menembak jatuh sebuah pesawat dan merebut kembali satu kota.
Amerika Serikat menyatakan keprihatinan tentang pertempuran yang terus berlanjut dan menyerukan diakhirinya permusuhan dan dialog.
Baik Washington maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak agar hak asasi manusia dihormati sepenuhnya dan kelompok bantuan diizinkan mengaksesnya.
Baca juga: 100.000 Pengungsi Eriteria Terancam Kelaparan, Seusai Terjebak Dalam Perang di Ethiopia
Pemimpin TPLF, Debretsion Gebremichael membantah laporan telah melarikan diri ke Sudan Selatan.
Dia mengatakan pasukannya menangkap beberapa tentara dari tetangganya Eritrea di Wukro, sekitar 50 km utara Mekelle.
"Saya dekat dengan Mekelle di Tigray memerangi penjajah," katanya kepada Reuters dalam pesan teks.
Klaim dari semua sisi sulit untuk diverifikasi karena sambungan telepon dan internet ke Tigray sebagian besar telah terputus dan aksesnya dibatasi.
TPLF telah menembaki bandara Asmara dan menuduh Eritrea mengirim pasukan untuk bertempur dengan pasukan Abiy.
Baik Eritrea maupun Ethiopia membantah tuduhan itu.
Di Tigray, kedua belah pihak telah berbicara tentang ratusan korban jiwa dalam serangan udara dan pertempuran.
Para diplomat yakin jumlah korban mencapai ribuan.
Juru bicara Abiy, Billene Seyoum menepis komentar TPLF bahwa pertempuran terus berlanjut, menganggapnya sebagai khayalan dari kelompok kriminal yang telah hancur.
Redwan Hussein, kepala gugus tugas pemerintah di Tigray, mengatakan sebagian besar korban terjadi pada awal konflik selama serangan TPLF terhadap tentara Ethiopia.
Saat itu, bala bantuan tentara datang dan kemudian terjadi pembunuhan massal sekitar 700 warga sipil.
Di mengatakan Pengawal Republik merebut Mekelle tanpa menembak ketika TPLF melarikan diri.
TPLF tidak segera bersedia memberikan komentar.
Baca juga: Konflik Tigray di Ethiopia Akan Berubah Menjadi Perang Gerilya
Pada Minggu (29/11/2020), Palang Merah mengatakan rumah sakit Mekelle kekurangan persediaan dan kantong mayat, tetapi tidak memberikan angka korban.
Tidak jelas berapa banyak pejuang yang tersisa TPLF, tetapi pembangkangan Debretsion menimbulkan momok pemberontakan berlarut-larut.
TPLF yang berjuang keras membantu menggulingkan kediktatoran Marxis Ethiopia pada tahun 1991 dan tahu bagaimana mengeksploitasi pegunungan dan perbatasannya dengan Sudan dan Eritrea.
Abiy, yang orangtuanya berasal dari kelompok Oromo dan Amharik yang lebih besar, mengatakan telah merasakan gesekan etnis Ethiopia.
Bahkan ketika menjabat sebagai perdana menteri, di mana dia merasa seperti tahanan.
Dia mengatakan dinas keamanan yang didominasi oleh Tigrayans mencegahnya berkeliling Ethiopia.
Ada lebih dari 80 etnis di Ethiopia, yang beroperasi sebagai federasi dari 10 wilayah yang dijalankan oleh kelompok terpisah.(*)