Internasional

100.000 Pengungsi Eriteria Terancam Kelaparan, Seusai Terjebak Dalam Perang di Ethiopia

PBB mengatakan makanan untuk hampir 100.000 pengungsi Eritrea yang telah berlindung di kamp-kamp di wilayah Tigray Ethiopia telah habis.

Editor: M Nur Pakar
AFP/ASHRAF SHAZLY
Para pengungsi dariTigray, Ethiopia berteduh di bawah naungan pohon dengan kasur, tempat tidur, dan barang-barang bawaan mereka di kamp Um Raquba, Provinsi Gedaref timur, Sudan, Senin (30/11/2020). 

SERAMBINEWS.COM, NAIROBI - PBB mengatakan makanan untuk hampir 100.000 pengungsi Eritrea yang telah berlindung di kamp-kamp di wilayah Tigray Ethiopia telah habis.

Hal itu dipicu terputusnya kawasan itu dari dunia selama hampir sebulan terjebak perang di tengah pertempuran sengit, pasukan pemerintah dan pemberontak.

"Kekhawatiran terus meningkat dari jam ke jam," kata juru bicara pengungsi PBB, Babar Baloch kepada wartawan di Jenewa pada Selasa (1/12/2020), seperti dilansir Reuters.

“Kamp-kamp sekarang akan kehabisan persediaan makanan, menciptakan kelaparan dan kekurangan gizi menjadi bahaya nyata," ujarnya.

Baca juga: Pasukan Ethiopia Rebut Ibu Kota Tigray, Pimpinan TPLF Jadi Buronan

Dia mengatakan peringatan yang dikeluarkan sejak konflik dimulai hampir sebulan lalu.

"Kami juga khawatir dengan laporan serangan, penculikan dan perekrutan paksa yang belum dikonfirmasi di kamp-kamp pengungsi," tambahnya.

Pada Rabu (2/12/2020), menandai satu bulan sejak Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengumumkan pasukan federal menyerang pasukan regional yang telah dicap sebagai pemberontak.

Kedua pihak menganggap yang lain tidak sah karena perselisihan mengenai penyelenggaraan pemilihan selama pandemi Covid-19.

Hubungan komunikasi dan transportasi ke wilayah Tigray yang berpenduduk 6 juta orang telah terputus.

PBB serta pihak lainnya telah memohon akses untuk mengirimkan makanan, obat-obatan, dan persediaan yang sangat dibutuhkan pengungsi.

Baca juga: Pertempuran Sengit Pecah di Tigray, Pasukan Pemerintah Ethiopia Kepung Dari Segala Lini

Abiy, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu, telah menolak gagasan berdialog dengan para pemimpin regional Tigray/

Mereka dalam pelarian, tetapi mengatakan akan terus berjuang bahkan setelah Abiy akhir pekan lalu menyatakan kemenangan dalam konflik mematikan tersebut.

Pemerintah Ethiopia mengatakan akan membuat dan mengelola koridor kemanusiaan untuk pengiriman bantuan, tetapi PBB menginginkan akses yang netral dan tidak terhalang.

PBB mengatakan sekitar 2 juta orang di Tigray sekarang membutuhkan bantuan, dua kali lipat dari jumlah sebelum pertempuran.

Sekitar 1 juta orang mengungsi, termasuk lebih dari 45.000 warga Ethiopia yang melarikan diri ke Sudan sebagai pengungsi.

Baca juga: Kisah Pengungsi Ethiopia di Sudan, Lari Dari Bawah Tembakan, Gurun Tandus, Sampai Melahirkan

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved