Lifestyle

4 Kebiasaan yang Mempengaruhi Perkembangan Otak Anak, Sering Berinteraksi Hingga Cinta Orang Tua

Tidak hanya faktor biologis atau fisik yang mempengaruhi perkembangan otak anak tetapi juga faktor lain seperti lingkungan, orang tua dan gaya hidup.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Safriadi Syahbuddin
Pixabay.com
Ilustrasi pertumbuhan otak bayi 

SERAMBINEWS.COM - Sampai usia tiga tahun, otak anak-anak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa.

Mengutip dari Steptohealth, Rabu (16/12/2020), otak mulai terbentuk pada saat memasuki dua minggu pertama kehamilan. Kemudian, menjelang akhir kehamilan, korteks serebral terbentuk.

Begitu bayi lahir, otaknya terus berkembang, terutama pada masa kanak-kanak.

Faktanya, otak hanya mencapai hampir 80% dari otak orang dewasa sampai usia tiga tahun.

Oleh karena itu, masa ini adalah tahap di mana otak berkembang dengan kecepatan yang mengesankan, itulah sebabnya orang tidak dapat mengingat peristiwa sebelum usia tersebut.

Jadi, tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan otak anak karena banyak struktur dasarnya yang akan berkembang, seperti:

Baca juga: Sering Bangun Tidur di Malam Hari Karena Kencing Berulang Kali ? Awas,Bisa Jadi Itu Tanda Hipertensi

- Korteks visual, pada usia enam bulan, bayi dapat melihat secara praktis seperti orang dewasa (kedalaman, fokus, dll.)

- Otak kecil mengalikan ukurannya, memungkinkan aktivitas motorik berkembang.

- Mielinisasi terjadi lebih cepat, memungkinkan pesan mencapai otak lebih cepat.

- Pertumbuhan neuronal, banyak sinapsis saraf diciptakan, bahkan lebih banyak dari sinapsis yang pada akhirnya akan mencapai masa dewasa. Ini menjelaskan mengapa anak-anak dapat mempelajari lebih banyak hal lebih cepat daripada orang dewasa.

Namun, perkembangan otak tidak berhenti pada usia ini. Sebaliknya, otak akan terus berkembang dengan kecepatan yang tidak stabil hingga remaja.

Perkembangan otak juga merupakan proses aktif dan interaktif yang terjadi saat anak tumbuh dan belajar.

Oleh karena itu, tidak hanya faktor biologis atau fisik yang mempengaruhi perkembangan otak tetapi juga faktor lain seperti lingkungan (orang tua, pengasuh), gaya hidup, dan cinta kasih.

Baca juga: Mempersiapkan Diri Menyambut Tahun Baru 2021, Apa Saja? Simak Tips Berikut Ini

Untuk itu, simak 4 kebiasaan yang mempengaruhi perkembangan otak anak berikut ini:

1. Interaksi

Anak berinteraksi dapat
Anak berinteraksi dapatmenentukan perkembangan otak anak. (Pixabay.com/Stocksnap)

Berinteraksi dengan anak-anak sangat menentukan perkembangan otak mereka. Ini karena interaksi dapat merangsang otak.

Ketika seorang anak mengekspresikan dirinya, baik melalui celotehan atau tangisan, dan melakukan kontak mata dengan Anda atau menerima pelukan atau respons lisan, koneksi saraf terbentuk atau diperkuat di otak.

Hubungan ini kemudian membantu mereka mengembangkan komunikasi dan keterampilan sosial.

Para ilmuwan di Pusat Perkembangan Anak di Universitas Harvard menyebutkan bahwa hubungan tanpa interaksi, yaitu tanpa tanggapan, dapat menghambat perkembangan anak.

Agar otak dapat berkembang dengan baik, dibutuhkan interaksi sehingga menerima rangsangan yang sesuai.

Jika ini tidak terjadi, respons stres akan diaktifkan. Akibatnya, hormon yang bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak akan dilepaskan.

Baca juga: Moms Jangan Khawatir Saat Bayi Cegukan, Kenali Penyebab dan Begini Cara Mengatasinya

2. Stres

Menurut Center on the Developing Child di Harvard University, orang tua penting untuk memperhatikan bagaimana anak belajar mengatasi kesulitan selama masa perkembangan mereka.

Saat kita merasa terancam, wajar jika tubuh kita merespons dengan reaksi fisik tertentu, seperti peningkatan detak jantung, dan pelepasan hormon seperti kortisol.

Dalam pengertian ini, seorang anak yang tenggelam dalam lingkungan yang positif dan mendukung selama situasi ini akan belajar untuk berhasil mengatur tingkat stres mereka, bahkan pada tingkat fisiologis.

Sebaliknya, anak yang tidak merasa didukung saat dihadapkan pada ancaman akan merespons dengan cara yang ekstrim dan langgeng. Menurut Center on the Developing Child di Harvard University, hal ini dapat merusak otak anak .

Untuk alasan ini, orang tua harus menunjukkan dukungan dan membantu anak Anda mengontrol dan menenangkan respons stres beracun mereka.

Untuk melakukan ini, Anda harus mendukung anak Anda agar mereka dapat belajar mengubahnya menjadi respons stres yang normal dan positif.

Baca juga: Keputihan Saat Hamil, Moms Kenali Yuk Penyebab, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Oleh karena itu, seorang anak perlu mendapat dukungan yang stabil dari lingkungannya.

3. Latihan fisik

Anak berolahraga
Anak berolahraga (Pixabay.com/bottomlayercz0)

Mendorong kebiasaan baik, seperti latihan fisik, dapat berkontribusi pada perkembangan otak anak yang optimal.

Latihan fisik juga merupakan faktor penentu dalam perkembangan otak. Tidak mengherankan, otak dikaitkan dengan kesehatan umum.

Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga selama masa kanak-kanak dapat meningkatkan fungsi kognitif anak.

Menurut sebuah penelitian, latihan fisik juga tampaknya terkait dengan penurunan risiko depresi masa kanak-kanak. Olah raga lebih dari yang disarankan untuk pencegahan kondisi mental yang bisa muncul nanti.

Ajak anak Anda untuk latihan aerobik, seperti bersepeda, berdampak positif pada anak hiperaktif atau mereka yang mengalami defisit perhatian.

Baca juga: Moms, Ini 14 Tips Sederhana untuk Turunkan Berat Badan Setelah Melahirkan

4. Cinta

Kasih sayang orang tua dapat
Kasih sayang orang tua dapat mendukung perkembangan otak serta emosional anak. (Pixabay.com/Pexels)

Hubungan antara anak dan pengasuhnya sangat penting. Rasa cinta dan kasih sayang sangat penting untuk perkembangan fisik, emosional, dan intelektual mereka.

Anak-anak perlu merasa terlindungi, aman, dan diperhatikan.

Mereka juga membutuhkan referensi yang stabil untuk dukungan, dedikasi, tanggung jawab, dan cinta. Untuk alasan ini, pengasuh anak harus selalu reseptif dan siap untuk merespon.

Orang tua atau pengasuh yang acuh tak acuh bisa menjadi alasan di balik penyakit mental di masa depan. Misalnya, gangguan belajar, kecemasan, dan perilaku yang semuanya mungkin mulai berkembang pada usia ini.

Seperti yang Anda lihat, otak terus berkembang selama masa kanak-kanak. Oleh karena itu, untuk perkembangan otak yang sehat, anak perlu berinteraksi dengan lingkungannya. Juga, pengasuh mereka harus penuh kasih dan suportif. (Serambinews.com/Firdha Ustin)

Baca juga berita menarik lainnya

Baca juga: Rafathar, Anak Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Mengagumi Sosok Ayahnya Pekerja Keras, Ini Katanya

Baca juga: Pelajar SMA Tewas Dikeroyok Sejumlah Pemuda di Medan, Ibu Korban: Pelaku Menganiaya Sambil Merekam

Baca juga: VIRAL! Datang ke Rumah Kekasih, Tiba-tiba Calon Mertua Minta Pemuda Ini Jadi Imam Shalat

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved