Berita Abdya
Erosi Krueng Bababrot Abdya Meluas, Belasan Ha Kebun Jadi Sungai, 2 Rumah Terancam Diterjang Arus
Erosi terparah terjadi antara lain di kawasan Dusun Teuladan II, Gampong Simpang Gadeng, Kecamatan Babahrot, Abdya.
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Mursal Ismail
Penanggulangan yang sangat diharapkan adalah mengembalikan aliran Krueng Babahrot yang sudah berpindah ke lokasi semula.
“Caranya, ya menggali kembali hamparan pantai dengan alat berat sehingga aliran sungai menjadi lurus, tidak melengkung ke dalam areal kebun milik warga,” kata salah seorang warga lainnya.
Tahun lalu, diakui pihak pemerintah sudah berupaya melakukan normalisi aliran sungai di kawasan tersebut, namun kurang sempurna sehingga menjadi sia-sia.
Pasalnya, menurut informasi diterima warga bahwa anggaran yang tersedia sangat terbatas.
Masyarakat juga meminta penanggulangan dilakukan secara permanen dengan membangun tanggul pengaman tebing sungai dikawasan tersebut dari bahan batu gajah atau bongkahan batu besar.
Didorong bahaya erosi sangat mengancam, masyarakat Gampong Simpang Gadeng berupaya mengembalikan aliran sungai yang sudah berpindah secara swadaya.
Caranya, warga secara sukarela mengumpulkan uang pribadi untuk ongkos alat berat, jenis beko untuk mengorek kembali hamparan pantai untuk mengembalikan aliran ke lokasi semula.
Penggalian dilakukan dari pantai Suak Baloh, lokasi perbatasan dengan Desa Simpang Gadeng.
Namun, anggaran swadaya masyarakat yang terkumpul terbatas, maka penggalian juga kurang sempurna sehingga aliran sungai tidak berhasil dikembalikan ke lokasi semula.
Kepala Palaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya Amiruddin, beberapa waktu lalu mengaku kalau erosi Krueng Babahrot sangat parah terjadi di beberapa tidak lokasi.
Selain di Desa Simpang Gadeng, juga kawasan Desa Pantee Cermin (bersebelahan dengan Desa Simpang Gadeng) dan Desa Blang Dalam, Kecamatan Babahrot.
Amiruddin pun mengaku sudah pernah meninjau lokasi erosi parah tersebut.
“Puluhan hektare areal perkebunan milik warga, terutama tanaman kelapa sawit amblas ke dalam sungai akibat erosi semakin ganas,” katanya.
Amiruddin menjelaskan pihaknya melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan melapor persoalan itu kepala Pimpinan Daerah dalam upaya melakukan kegiatan normalisasi sungai Krueng Babahrot.
“Aliran sungai memang perlu diluruskan kembali karena terjadi lekukan aliran sungai di sejumlah titik,” katanya.
Penanggulangan yang bersifat permanen juga diupayakan, yaitu membangun tanggul pengaman tebing sungai dari bahan material bongkahan batu (batu gajah).
Namun, dikatakan penanganan secara permanen menelan anggaran tergolong besar. (*)