Haura Pernah Sekolah di Nagan Raya, Anak Usia 11 Tahun yang Meninggal Tergilas Truk Disopiri Ayahnya
Haura ternyata lahir di Meukek, 10 Maret 2009 yang merupakan kampung ayahnya, Husaini yang kini sedang diproses hukum terhadap kasus tersebut.
Penulis: Rizwan | Editor: Mursal Ismail
Haura ternyata lahir di Meukek, 10 Maret 2009 yang merupakan kampung ayahnya, Husaini yang kini sedang diproses hukum terhadap kasus tersebut.
Laporan Rizwan | Nagan Raya
SERAMBINEWS.COM, SUKA MAKMUE - Haura Aulia (11), gadis yang meninggal dunia tergilas truk ayahnya, Husaini (42) di Aceh Selatan merupakan sosok yang ceria.
Dalam berita sebelumnya tertulis Aura.
Ia sebelum menetap di Meukek, Aceh Selatan, pernah tinggal di Dusun Alue Gani, Desa Gunong Pungkie, Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya.
Haura ternyata lahir di Meukek, 10 Maret 2009 yang merupakan kampung ayahnya, Husaini yang kini sedang diproses hukum terhadap kasus tersebut.
Haura merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Husaini - Yusmiati (34).
Sejak kecil ia tinggal di Alue Gani bersama kedua orang tuanya dan menempuh pendidikan di SD Alue Gani, Nagan Raya.
Baca juga: VIDEO Hendak Berfoto, Wanita ini Buat Gerobak Pedagang Es Keliling Hancur Berantakan
Baca juga: Dituding Terlibat Proyek Bansos, Gibran: Kalau Mau Korupsi, Kenapa Baru Sekarang
Baca juga: Antar Bantuan, Kalak BPBD Aceh Utara Pesan Ini kepada Janda Empat Anak Korban Longsor Tebing Gunung
"Haura anaknya ceria," ujar Kepala SD Alue Gani, Darni ditanyai Serambinews.com, Senin (21/12/2020) sore.
Menurut Darni, Hauza sekolah di SD Alue Gani hingga naik kelas VI. Namun beberapa bulan ini ia sudah pindah sekolah ke Mekek, Aceh Selatan.
"Teman-teman sekolah Haura di SD Alue Gani sangat terkejut mendengar kabar bahwa Haura meninggal tergilis truk," katanya.
Haura selama di SD Alue Gani dikenal pandai dan ceria sehingga keluarga besar SD Alue Gani menyampaikan duka terhadap peristiwa ini.
"Kami menyampaikan duka mendalam," ujar Kepala SD Alue Gani.
Informasi lain diperoleh Serambinews.com, Senin dari Keuchik Gunung Pungkie, Ishak Ismail dan Tuha Peut Gunong Pungkie, Mukhtar yang ditanyai terpisah.