Konflik Satwa di Aceh
Kepala BKSDA Aceh: Selama Tahun 2020, Sepuluh Gajah & Satu Harimau Mati Akibat Konflik dengan Warga
Kawanan gajah yang mati itu untuk gading-gading gajah semuanya dapat diselamatkan oleh pihak BKSDA Aceh. Sedangkan tahun 2019, tiga ekor gajah mati.
Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Asnawi Luwi |Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto mengatakan selama 2020, sebanyak 10 ekor hewan satwa liar jenis gajah dan satu ekor harimau di Aceh mati.
Hal ini terjadi sebagian besar akibat konflik dengan masyarakat.
"103 kejadian konflik gajah liar dengan masyarakat, dari konflik tersebut terdapat 10 ekor mati," ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto kepada Serambinews.com, Selasa (22/12/2020).
Kata dia, 10 ekor gajah yang mati terdiri atas gajah jantan, betina dan anak gajah.
Kawanan gajah yang mati itu untuk gading-gading gajah semuanya dapat diselamatkan oleh pihak BKSDA Aceh. Sedangkan tahun 2019, tiga ekor gajah mati.
Baca juga: Galian C Diduga Illegal Marak di Perbatasan Aceh Selatan-Abdya, Puluhan Rumah Warga Terancam Amblas
Baca juga: Pemerintah Diminta Berikan Insentif Lebih Kepada Dokter, Ini Respons Kadiskes Aceh Barat
Baca juga: Ketua MPO PP Aceh Selatan: Pemuda Pancasila Perlu Bekerja Sama dengan Pemerintah
Sementara itu, gajah yang mati di tahun 2020 berasal dari Pidie, Aceh Jaya 5 ekor dan daerah lainnya yang diduga terkena arus listrik dan penyebab konflik lainnya.
Sedangkan, tahun 2019, gajah konflik dengan masyarakat sebanyak 107 ekor dan konflik gajah kali ini menurun bila dibandingkan tahun 2020.
Sedang wilayah Konflik yg memiliki tingkat intensitas cukup tinggi, antara lain Pidie, Aceh Utara, Pidie Jaya, Aceh Timur.
Sementara itu, BKSDA Aceh menangani 35 kasus konflik harimau dengan masyarakat.
Sebelumnya, pada tahun 2019 harimau konflik dengan masyarakat hanya sekitar 20 kasus lebih. Tahun ini meningkat konflik harimau dengan masyarakat.
"35 kejadian konflik harimau dengan masyarakat terjadi di Subulussalam, Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara,Takengon, dan Aceh Tamiang," ujar Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto.
Kata dia, konflik hewan satwa liar jenis harimau dengan masyarakat akibat habitatnya terganggu, pola peliharaan ternak yang tidak terkontrol atau peliharaan dilepas sehingga merangsang harimau untuk memangsanya, perambahan hutan atau ilegal logging.
Konflik harimau dengan masyarakat menyebabkan satu ekor harimau mati di Aceh Selatan diduga akibat diracun dan bukan 35 ekor harimau mati akibat konflik dengan masyarakat.
Menurut Agus Arianto, untuk mengatasi konflik satwa liar dengan masyarakat saat ini telah terbentuk tim koordinasi dan penanggulangan konflik satwa liar dan manusia yang melibatkan para pihak terkait yg di tetapkan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
"Dengan adanya sinergitas dari para pihak dalam penanganan konflik satwa liar dan manusia, konflik diharapkan dapat menurun atau berkurang," sebutnya.(*)