Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
Tsunami Aceh 2004 | Sa'dah dari Bireuen Cari Anak Gadisnya yang Tinggal di Kampung Mulia
Di bawah sengatan matahari, seorang perempuan paruh baya bergegas memasuki pelataran parkir Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Safriadi Syahbuddin
"Lon jak mita aneuk (saya mencari anak)," kata Sa'dah dengan mata sembab.
"Si dara lon kuliah di Darussalam Jih tinggal di Gampong Mulia. Hana lon tupeu peukeuh jih seulamat atawa kahanale (anak gadis saya kuliah di Darussalam. Dia tinggal di Kampung Mulia. Saya tak tahu apakah dia selamat atau nggak ada lagi)," ujar Sa'dah dengan penuh harap.
Baca juga: VIDEO Masjid Rahmatullah Lampuuk Saksi Bisu Kedahsyatan Tsunami, Peringati Nabi Muhammad SAW 1442 H
Pasca-bencana gempa dan gelombang tsunami, terjadi gelombang pengungsian besar-besaran.
Di kawasan Kota Banda Aceh maupun Aceh Besar terdapat tidak kurang 20 titik pengungsian.
DI setiap lokasi pengungsian, rata-rata memiliki pusat Informasi yang dibuka oleh koordinator pengungsi maupun aktivis mahasiswa atau kelompok masyarakat dari berbagai daerah.
Sepanjang harinya, pos-pos informasi yang menyediakan nama-nama pengungsi diserbu masyarakat.
Mereka mencari tahu tentang kemungkinan adanya anak, suami, istri, atau famili di antara ribuan pengungsi.
Jika nama yang mereka cari tak terdata, umumnya mereka menuliskan identitas yang mereka cari lalu menempelkan atau menggantungkan begitu saja di sekitar pos.
Di beberapa pusat informasi pengungsi, seperti di komplek TVRI Gue Gajah atau komplek Dodikklat Mata Ie, koordinator pengungsi melengkapi dengan sistem pengeras suara.
Jika ada orang yang mencari anggota keluarga mereka yang hilang, mereka memintai jasa petugas untuk memanggil nama orang yang dicari.
Baca juga: Update: Korban Tewas Gempa Bumi dan Tsunami Turki Bertambah Jadi 25 Orang, 804 Terluka
Baca juga: VIDEO - Video Detik-detik Gelombang Tsunami Terjang Turki Setelah Gempa berkekuatan 7,0 SR
Kalau memang yang dicari berada di kamp pengungsian, dalam tempo singkat akan bertemu.
Sayangnya, sebagaimana pengakuan Idrus dibenarkan Rahmat Hidayat, sedikit sekali pengungsi yang mendatakan identitas mereka ketika memasuki kamp.
Akibatnya, sulit memastikan apakah korban yang selamat berada atau tidak di suatu titik pengungsian.
DI komplek Bandara SIM Blang Bintang, menurut perhitungan Idrus terdapat tidak kurang 2.000 pengungsi dari berbagai penjuru.
Meskipun koordinator pos tidak bisa secara maksimal membantu mencari tahu keberadaan korban (karena terbatasnya fasilltas), namun pencari informasi tak pernah merasa lelah mencari.